MENTERI Kebudayaan RI, Fadli Zon, resmi menutup konferensi internasional Culture, Heritage, Art, Narrative, Diplomacy, and Innovation (CHANDI) 2025 di Denpasar, Bali, Kamis (4/9).
Dalam sambutannya, ia menegaskan komitmen Indonesia menjadikan budaya sebagai instrumen perdamaian dan kesejahteraan global.
Fadli menyebut, pertemuan tingkat menteri yang berlangsung sehari sebelumnya menghasilkan Bali Cultural Initiative Declaration, yang diadopsi secara mufakat oleh 35 negara. Deklarasi tersebut menekankan budaya sebagai pilar pembangunan berkelanjutan, ketahanan menghadapi perubahan iklim, serta diplomasi budaya sebagai jembatan perdamaian dan dialog antarbangsa.
“Budaya bukan hanya cerminan masa lalu, tetapi alat yang kuat untuk diplomasi dan pembangunan perdamaian,” ujar Fadli.
Ia juga menekankan komitmen pemerintah sesuai visi Presiden Prabowo Subianto untuk memperkuat harmoni hidup yang berakar pada kreativitas, lingkungan, dan warisan budaya.
Selama tiga hari, CHANDI 2025 menghadirkan menteri, duta besar, seniman, budayawan, dan pakar internasional untuk membahas isu strategis, mulai dari pelestarian warisan budaya, pembiayaan, aksi iklim berbasis budaya, hingga inovasi seni dan media.
Selain forum diskusi, perhelatan itu juga menampilkan kekayaan budaya lokal Indonesia melalui musik, tari, batik, keris, hingga kuliner tradisional. UMKM berbasis kearifan lokal turut dihadirkan untuk memberi pengalaman otentik sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar. Di akhir pidatonya, Fadli mengajak seluruh negara untuk terus membangun kolaborasi global berbasis budaya.
"Semoga semangat persatuan dan kreativitas dari CHANDI 2025 menginspirasi kemitraan antarbangsa serta memperkuat visi bersama kita tentang budaya untuk masa depan,” katanya.
Dengan berakhirnya CHANDI 2025, Indonesia menegaskan peran sentralnya sebagai pusat diplomasi budaya dunia, sekaligus titik tolak inisiatif baru menjadikan budaya kekuatan strategis bagi perdamaian dan masa depan berkelanjutan. (E-4)