
ILMUWAN berhasil mencatat penemuan penting dalam studi tata surya. Untuk pertama kalinya, mereka mengamati sistem cincin yang sedang aktif terbentuk di sekitar benda langit kecil bernama Chiron, berupa objek es yang mengorbit di antara Saturnus dan Uranus. Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Astrophysical Journal Letters pada 2025.
Chiron, yang ditemukan tahun 1977, termasuk dalam kelompok centaur, yaitu benda langit di antara orbit Jupiter dan Neptunus yang memiliki karakteristik campuran antara asteroid dan komet. Dengan diameter sekitar 200 kilometer, Chiron menyelesaikan satu kali orbit mengelilingi Matahari dalam waktu sekitar 50 tahun.
Dalam riset terbaru, tim ilmuwan internasional menggunakan teleskop di Observatorium Pico dos Dias, Brazil, untuk mengamati Chiron pada 2023. Data itu kemudian dikombinasikan dengan pengamatan sebelumnya pada 2011, 2018, dan 2022. Hasilnya menunjukkan Chiron dikelilingi empat cincin utama dan material debu yang membentuk struktur cakram.
Tiga Cincin
Tiga cincin padat terdeteksi berjarak masing-masing sekitar 273 km, 325 km, dan 438 km dari pusat Chiron. Sementara cincin keempat berada sekitar 1.400 km, jarak ini cukup jauh dan masih memerlukan pengamatan lebih lanjut untuk memastikan keakuratannya.
Dengan membandingkan data dari berbagai tahun, para peneliti menemukan perubahan signifikan pada sistem cincin Chiron. Hal itu menjadi bukti kuat bahwa cincin tersebut tengah berevolusi secara aktif.
"Temuan ini memberikan pandangan langka tentang bagaimana struktur semacam itu terbentuk dan berubah,” ujar peneliti postdoktoral di Observatorium Nasional Brazil, Chrystian Luciano Pereira, seperti dikutip dari laman The Independent.
Pereira menambahkan, cincin Chiron kemungkinan besar tersusun atas es air dan sedikit material berbatu, mirip dengan cincin milik Saturnus. Es air, menurutnya, berperan penting dalam menjaga kestabilan partikel agar tidak saling bergabung membentuk satelit kecil.
Selain memiliki cincin, Chiron juga menunjukkan perilaku mirip komet, yaitu sesekali memancarkan gas dan debu ke luar angkasa. Bahkan pada 1993, objek ini sempat menampakkan ekor kecil seperti komet pada umumnya.
metode stellar occultation
Para ilmuwan menduga, cincin Chiron mungkin berasal dari sisa tumbukan yang menghancurkan bulan kecilnya, dari tabrakan dengan puing-puing antariksa lain, atau dari material yang dikeluarkan langsung oleh Chiron sendiri.
Untuk mengamati fenomena tersebut, tim peneliti menggunakan metode stellar occultation, sebuah metode memantau saat Chiron melintas di depan bintang jauh dan menutupi cahayanya sementara. Dari perubahan cahaya bintang yang terukur di berbagai lokasi di Bumi, ilmuwan dapat memetakan struktur di sekitar Chiron dengan ketelitian hingga skala kilometer.
Sejak 2014, para astronom telah menemukan beberapa benda kecil di tata surya juga memiliki cincin, seperti Chariklo, Haumea, dan Quaoar. Dengan penemuan ini, Chiron menjadi anggota keempat dalam daftar langka tersebut.
“Keragaman ini menunjukkan bahwa pembentukan cincin bukan hanya milik planet besar. Ini adalah proses universal yang bisa terjadi di mana pun kondisi fisiknya mendukung,” jelas Pereira. (The Independent/Z-2)