
SEBUAH studi baru mengungkapkan, seekor hiu perawat berwarna oranye terang yang memiliki mata putih telah ditangkap dan dilepaskan di perairan Karibia. Hiu langka berwarna terang itu ditemukan pada 2024 oleh seorang pemancing di lepas pantai timur Kosta Rika.
Dua kondisi genetik langka itu berhasil diidentifikasi peneliti. Pertama, xanthochroisme atau xantisme, yaitu kondisi yang menyebabkan peningkatan pigmentasi kuning pada kulit.
Xanthochroisme sebelumnya pernah dilaporkan pada sejumlah hewan lain, termasuk katak, burung, dan ikan. Namun, temuan ini menjadi kasus pertama yang terkonfirmasi pada hiu perawat (Ginglymostoma cirratum).
Kondisi genetik kedua ialah, hiu ini memperlihatkan ciri-ciri albinisme. Kondisi tersebut ditandai dengan ketiadaan pigmen melanin. Kombinasi kedua kondisi ini, yang dikenal sebagai albino-xanthochroisme, menjadikannya penemuan yang sangat tidak biasa.
Garvin Watson, pemilik hotel Parismina Domus Dei, tidak menyangka bahwa hiu yang ia tangkap merupakan penemuan global. "Hiu oranye yang berkilauan di bawah sinar matahari itu sungguh luar biasa," ujarnya.
Setelah memotret hiu sepanjang 2 meter ini, Garvin dan nelayan lainnya melepaskan kail dari mulutnya dan mengembalikannya ke laut. Para peneliti lantas mendokumentasikan peristiwa dan signifikansinya dalam sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Marine Biodiversity pada 1 Agustus lalu.
Menurut penulis utama studi, Marioxis Macías-Cuyare, hiu perawat biasanya berwarna coklat kekuningan hingga abu-abu. Walaupun pernah ada laporan mengenai warna yang tidak biasa, kasus tersebut belum pernah mendapat bukti ilmiah. Hingga kini, hiu perawat dengan xanthochroisme belum terdokumentasi secara resmi.
Para peneliti masih mempelajari penyebab di balik kondisi pigmentasi abnormal pada hiu. Meskipun faktor genetik diduga kuat sebagai penyebab utamanya, stres lingkungan, suhu tinggi, dan ketidakseimbangan hormon juga dapat berperan.
Uniknya, hiu oranye ini telah mencapai usia dewasa, yang menunjukkan bahwa warnanya yang mencolok tidak menghambat kelangsungan hidupnya. "Banyak faktor yang memengaruhi hal ini, tetapi semuanya masih spekulatif sampai variabel yang memengaruhi kondisi genetik ini diuji," kata Macías-Cuyare. (Live Science/Z-2)