Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir menyampaikan sambutannya saat buka puasa bersama di kantor PP Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (28/5(MI/Susanto)
KETUA Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan sejumlah masalah dihadapi generasi muda Indonesia saat ini. Hal itu disampaikan bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda. Selain masalah lapangan kerja yang penting untuk menjamin kesejahteraan mereka, sambung Haedar, kaum muda Indonesia juga memiliki problem sosial yang tidak boleh diabaikan. Polarisasi sosial sebagaimana tampak di media sosial akibat perbedaan orientasi politik, sosial, keagamaan, dan lain-lain tidak kalah mengemuka untuk menjadi agenda bersama.
Problem kesehatan mental akibat berbagai tekanan hidup yang sarat beban di kalangan kaum milenial dan generasi-z dapat menjadi ancaman sosial baru bagi masa depan pemuda Indonesia. Krisis dan tekanan mental ini dapat berujung pada penyakit alienasi, frustasi, depresi, dan segala aspek sosiapatik atau generasi muda yang mengalami sakit secara individual dan sosial.
“Bila problem psikososial ini berkelanjutan akan melumpuhkan saraf kehidupan generasi muda sebagai pewaris masa depan Indonesia,” tegas Haedar.
Kemiskinan literasi dan etika digital adalah masalah lain yang dialami generasi belia Indonesia. Microsoft pada 2022 mencatat bahwa tingkat digility orang Indonesia rendah dalam kehidupan dunia digital dan media sosial.
“Goncangan besar yang merusak struktur sosial dan kemanusiaan tersebut dapat mengancam masa depan umat manusia, termasuk di dalamnya generasi muda,” kata Haedar.
Kaum muda juga makin menyebar peran dan arena diasporanya dalam berbagai institusi publik, termasuk dalam kepemimpinan di pemerintahan. Namun, bersamaan dengan itu pragmatisme, oportunisme, materialisme, dan hedonisme mulai menggejala dalam kehidupan sebagian kaum muda Indonesia.
Mentalitas menerabas, hidup dalam gelimang materi dan kesenangan inderawi, serta menempuh segala cara dalam mencapai tujuan dapat merusak jati diri dan keberadaan generasi muda Indonesia yang semestinya menjadi pewaris masa depan Indonesia.
Karenanya, Haedar berharap seluruh pemuda Indonesia dalam berbagai struktur demografi dan lingkup sosialnya yang heterogen dapat menyerap warisan nilai dan spirit perjuangan para pemuda Indonesia dalam Kongres tahun 1928 yang bersejarah itu. Selain itu, Generasi Muda Indonesia saat ini hendaknya menyerap nilai kegigihan, karakter luhur, dan spirit bersatu pada diri kaum muda yang melahirkan Sumpah Pemuda.
“Kaum muda Indonesia jangan bersembunyi di balik jubah kesuksesan dan proteksi para orang tuanya, sebab hal itu dapat melemahkan jiwa dan masa depannya yang sarat tantangan. Jadilah diri sendiri yang sukses meraih masa depan dengan jiwa mandiri sembari tetap menjaga sikap hormat kepada orangtua sebagai bukti keluhuran budi pekerti kaum muda Ibu Pertiwi,” tegas Haedar.
Pemuda Indonesia, ujarnya, sangat penting dalam sejarah perjuangan dan pembentukan Indonesia yakni tonggak Indonesia yang monumental itu melalui Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
“Peristiwa Sumpah Pemuda tersebut memberi pesan kuat ibarat lukisan di atas kanvas dengan goresan tinta emas pada panggung sejarah Indonesia," kata dia dalam siaran pers, Selasa (28/10).
Pemuda Indonesia saat itu yang dipelopori oleh Wage Rudolf Supratman dengan lagu Indonesia Raya-nya, Soegondo, Muhammad Yamin, serta putra dan putri Indonesia lainnya berjuang gigih untuk mewujudkan adanya Kongres sejak tahun 1926 di Jakarta. (H-4)


















































