
HARGA kebutuhan pokok masih tinggi di sejumlah daerah di Jawa Tengah, bahkan harga ayam potong melonjak hingga Rp40 ribu per kilogram, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah gencarkan program gerakan pangan murah (GPM).
Pemantauan Media Indonesia Minggu (21/9) harga berbagai kebutuhan pokok di pasaran di sejumlah daerah di Jawa Tengah masih tinggi, membuat warga kelabakan karena saya beli yang tidak meningkat apalagi ribuan karyawan pabrik terkena pemutusan hubungan kerja , sehingga berbagai upaya ditempuh untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.
Harga beras di pasaran umum masih berkisar Rp14.000 per kilogram, bawang merah Rp32.000-Rp35.000 per kilogram, cabe juga meningkat dari sebelumnya hanya berkisar Rp20.000-25.000 per kilogram menjadi diatas Rp30.000 per kilogram, bahkan daging ayam potong dari sebelumnya Rp28.000 melonjak menjadi Rp40.000 per kilogram serta telur Rp27.000 per kilogram.
"Harga kebutuhan pokok masih bertahan tinggi,bahkan ayam potong paling terasa melonjak lebih dari Rp10.000 per kilogram, biasanya jika naik paling berkisar Rp32.000 per kilogram," ujar Yanti,45, seorang pedagang ayam potong di Pasar Peterongan, Kota Semarang.
Hal serupa juga diungkapkan Wardani,40, pedagang sembako di Pasar Bintoro, Demak mengaku bingung dengan masih tingginya harga beras di pasaran, karena sejumlah daerah yang sudah mulai memasuki musim panen tidak terlalu berpengaruh terhadap harga beras ini, termasuk juga kebutuhan lainnya.
Pedagang sudah sembako lainnya Mugiyati,50, di Pasar Cepiring, Kendal juga mengungkap hal serupa, bahkan harga beras masih tinggi sejak di penggilingan, demikian juga kebutuhan lain seperti cabai harga mengalami kenaikan sejak di tingkat petani. "Serba sulit saat ini, harga-harga barang kebutuhan masih tinggi meskipun ketersediaan barang cukup banyak," imbuhnya.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah Dyah Lukisari mengatakan guna menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan di sejumlah daerah di Jawa Tengah ini, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bersama pemerintah kabupaten/kota, Bank Indonesia, Bulog, serta BUMD (PT Jateng Agro Berdikari (JTAB) dan Bank Jateng) terus gencarkan program GPM.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, ungkap Dyah Lukisari, berdasarkan data hingga September ini sudah menggelar GPM sebanyak 1.565 kegiatan, bahkan kegiatan untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan telah dilangsungkan di seluruh daerah di Jawa Tengah dengan omzetnya mencapai Rp37 miliar.
Berbagai komoditas dijual dalam program GPM ini, lanjut Dyah Lukisari, cukup beragam seperti beras, jagung, minyak, daging dan bahan pokok lain denfan harga terjangkau masyarakat."melalui GPM ini, kami berusaha untuk dapat meringankan beban warga dalam memenuhi kebutuhan pokok," tambahnya
Sementara itu Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah, Sri Brotorini mengungkapkan GPM dilaksanakan di sejumlah lokasi termasuk pabrik-pabrik yang menyasar para pekerja pabrik/buruh. "Pemprov Jateng juga berupaya menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan dengan memberikan fasilitasi distribusi pangan," ujarnya.
Program ini, menurut Sri Brotorini, bertujuan untuk mempermudah keterjangkauan pangan, mendukung kios pangan murah dan mengintervensi bahan pokok penting yang jumlahnya masih sedikit di Jawa Tengah, seperti mempermudah jangkauan tersebar di 428 kios pangan murah ada 428 unit, 64 Koperasi Desa/Kelurahan (Kopdes) Merah Putih serta 46 koperasi.
Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi menjelaskan bahwa GPM dan fasilitasi distribusi pangan menjadi bukti kehadiran negara dalam mendukung keterjangkauan daya beli masyarakat.l, bahkan Pemrov Jawa Tengah juga menyiapkan langkah jangka panjang untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan dengan memperlancar distribusi dan pemasaran produk. "Sebisa mungkin Pemrov Jawa Tengah memenuhi kebutuhan bahan pokok penting dari hasil produksi sendiri, kami berterima kasih kepada Dinas Ketahanan Pangan dan lainnya yang sudah membuat terobosan Gerakan Pangan Murah,” tutur Ahmad Luthfi. (H-2)