
PEJABAT senior Hamas, Ghazi Hamad, muncul kembali di depan publik pada Rabu (17/9), usai serangan Israel yang menargetkan kelompoknya di Qatar awal bulan ini.
Dalam wawancara langsung dengan Al Jazeera, anggota biro politik Hamas itu menuding Amerika Serikat gagal menjadi mediator yang netral dan justru berpihak pada Israel. Ia menyebut tim Hamas tengah membahas proposal gencatan senjata dari AS ketika serangan terjadi kurang dari satu jam setelah pertemuan tersebut.
Serangan itu menewaskan lima anggota Hamas dan seorang pejabat keamanan lokal, memicu kecaman dari sejumlah pemimpin Arab.
Pada hari yang sama, Kementerian Luar Negeri Qatar merilis pernyataan yang mengecam keras operasi darat Israel di Gaza. Qatar menyebut serangan itu sebagai perpanjangan dari perang genosida terhadap Palestina.
Kelompok-Kelompok Bantuan Mengecam Serangan
Sejumlah organisasi kemanusiaan internasional pada Rabu mendesak dunia untuk mengambil langkah lebih kuat guna menghentikan serangan Israel di Kota Gaza.
Desakan ini muncul sehari setelah komisi ahli PBB menyimpulkan bahwa Israel melakukan genosida di wilayah Palestina, tuduhan yang dibantah keras oleh Tel Aviv.
Dalam pernyataan bersama, mereka menyebut krisis di Gaza bukan hanya bencana kemanusiaan, tetapi juga kejahatan yang diakui sebagai genosida.
Organisasi bantuan menuntut negara-negara menggunakan instrumen politik, ekonomi, dan hukum untuk menghentikan kekerasan.
Lebih dari 20 organisasi menandatangani seruan itu, di antaranya Dewan Pengungsi Norwegia, Anera dan Save the Children.
Kembalinya Israel ke Kota Gaza
Militer Israel menyatakan berupaya merebut kendali penuh atas Jalur Gaza, kecuali sebagian wilayah di sepanjang garis pantai.
Operasi ini disebut berbeda dari serangan sebelumnya yang hanya menimbulkan pengungsian massal dan kerusakan, karena kali ini Israel bertekad menguasai seluruh Kota Gaza.
Seorang pejabat militer Israel menyebut sekitar 2.000 hingga 3.000 pejuang Hamas masih berada di dalam kota dengan memanfaatkan jaringan terowongan.
Namun, kekuatan Hamas diklaim telah jauh melemah sehingga kini lebih banyak mengandalkan taktik gerilya, seperti menanam bahan peledak atau melancarkan serangan kilat terhadap pos-pos militer sebelum menghilang. (Fer/I-1)