Aktivis asal Swedia Greta Thunberg (R) terlihat berada di atas kapal milik armada sipil yang membawa aktivis pro-Palestina dan bantuan kemanusiaan, dengan tujuan untuk menembus blokade Israel di Jalur Gaza.(Photo by Lluis GENE / AFP)
AKTIVIS asal Swedia, Greta Thunberg bersama ratusan anggota armada Global Sumud Flotilla (GSF) telah tiba di Yunani pada Senin (6/10) setelah dideportasi oleh otoritas Israel. Armada ini sebelumnya berusaha mengirim bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza melalui laut.
Thunberg dan sekitar 170 aktivis lainnya mendarat di Bandara Internasional Athena menggunakan penerbangan repatriasi khusus. Setibanya di Yunani, Thunberg menyebut misi armada GSF sebagai salah satu upaya terbesar untuk mematahkan pengepungan ilegal dan tidak manusiawi terhadap Gaza.
"Adanya misi ini sungguh memalukan. Kita bahkan tidak melihat upaya minimum dari pemerintah kita," kata Thunberg, seperti dilaporkan AFP, Selasa (7/10).
Ia juga menyerukan agar dunia segera bertindak mencegah genosida Israel terhadap rakyat Palestina yang telah berlangsung selama dua tahun terakhir.
Menurut Kementerian Luar Negeri Yunani, pesawat khusus yang tiba di Athena itu membawa 27 warga Yunani dan 134 warga asing dari 15 negara Eropa. Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Israel menyatakan telah mendeportasi total 171 aktivis ke Yunani dan Slovakia. Pemerintah Slovakia mengonfirmasi bahwa satu warganya telah kembali ke negaranya setelah proses deportasi tersebut.
Armada Global Sumud Flotilla berangkat dari Barcelona, Spanyol, pada awal September dengan tujuan mengirim bantuan ke Gaza. Namun Angkatan Laut Israel mencegat rombongan tersebut di lepas pantai Mesir pekan lalu. Israel menuding GSF memiliki keterkaitan dengan kelompok Hamas.
GSF merupakan gerakan internasional yang berupaya menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Gaza yang berada di bawah blokade Israel. Inisiatif ini dimulai sejak 31 Agustus melibatkan sekitar 40 kapal sipil dan peserta dari berbagai negara, termasuk jurnalis, tenaga medis, serta aktivis seperti Greta Thunberg.
Diserang
Sepanjang pelayaran, armada GSF beberapa kali mengalami serangan yang disebut oleh pihak penyelenggara sebagai tindakan sabotase dari pihak Israel. Insiden tersebut terjadi di perairan Yunani dan ketika kapal sempat berlabuh di Tunisia.
Meski demikian, para aktivis GSF menegaskan bahwa misi mereka murni bersifat kemanusiaan dan akan terus berjuang untuk membuka akses bantuan bagi warga sipil di Gaza yang terdampak perang dan blokade panjang. (H-4)


















































