Lebih dari 70 aktivis, termasuk Greta Thunberg, dijadwalkan meninggalkan Israel setelah ditahan dalam armada kemanusiaan Global Sumud menuju Gaza. (Instagram)
AKTIVIS lingkungan asal Swedia Greta Thunberg akan menjadi salah satu dari lebih dari 70 orang dari berbagai negara yang dijadwalkan meninggalkan Israel pada Senin (6/10). Pemulangan ini setelah ditahan dalam armada kemanusiaan Global Sumud yang dicegat militer Israel pekan lalu.
Menurut pernyataan resmi dari sejumlah pemerintah Eropa, para aktivis yang dibebaskan akan diterbangkan ke Yunani, sebelum melanjutkan perjalanan ke negara masing-masing. Mereka termasuk 28 warga Prancis, 27 warga Yunani, 15 warga Italia, dan sembilan warga Swedia.
Sementara itu, 21 warga Spanyol telah lebih dulu dipulangkan ke negaranya pada Minggu (5/10). Namun, 28 warga Spanyol lainnya masih berada dalam tahanan Israel, bersama beberapa aktivis asing lainnya.
Para aktivis tersebut merupakan bagian dari 45 kapal yang tergabung dalam armada Global Sumud. Armada ini membawa lebih dari 400 orang aktivis, politisi, dan pengacara yang berupaya menembus blokade maritim Israel untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Gaza, wilayah yang kini menghadapi ancaman kelaparan menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Israel mulai mencegat kapal-kapal tersebut di perairan internasional pada Rabu lalu. Menurut seorang pejabat Israel, seluruh kapal berhasil dicegah memasuki wilayah Gaza.
Kementerian Luar Negeri Italia dan Yunani menyatakan warga mereka yang dibebaskan akan diterbangkan dari Israel ke Athena pada Senin. Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani juga memastikan para aktivis asal Italia akan mendapat bantuan untuk melanjutkan perjalanan ke Roma.
Dari pihak Swedia, Menteri Luar Negeri Maria Malmer Stenergard mengonfirmasi sembilan warganya telah dikunjungi oleh staf kedutaan di Tel Aviv. Mereka akan diizinkan pulang pada Senin.
Perlakuan Tidak Manusiawi
Namun, laporan dari beberapa aktivis yang telah dibebaskan mengungkapkan adanya perlakuan tidak manusiawi selama penahanan.
Jurnalis Italia Saverio Tommasi dari media Fanpage mengatakan dirinya “dipukul di punggung dan kepala” oleh petugas Israel. Ia menggambarkan perlakuan tersebut seperti “diperlakukan layaknya monyet di sirkus tahun 1920-an.”
Kesaksian serupa datang dari aktivis Spanyol Rafael Borrego, yang menyebut para tahanan mengalami kekerasan fisik dan tekanan mental berulang kali, termasuk dipaksa berlutut dan menerima pukulan.
Pemerintah Eropa kini menuntut penjelasan lebih lanjut dari otoritas Israel terkait dugaan pelanggaran hak asasi manusia terhadap para aktivis tersebut, sementara proses pemulangan masih berlangsung. (AFP/Z-2)


















































