
TENTARA Nepal melanjutkan perundingan dengan kelompok pengunjuk rasa untuk menentukan pemimpin sementara negara Himalaya itu. Langkah ini diambil setelah gelombang protes besar menggulingkan pemerintahan Perdana Menteri KP Sharma Oli.
Juru bicara militer Raja Ram Basnet menyatakan, pembicaraan awal sudah dilakukan dan masih berlanjut. "Kami berusaha untuk menormalkan situasi secara perlahan," ujarnya seperti dikutip dari Al Jazeera, Jumat (12/9).
Jalanan Kathmandu Sepi
Untuk hari kedua, Kamis (11/9), tentara berpatroli di jalan-jalan ibu kota Kathmandu yang terlihat lengang. Kondisi ini menyusul kerusuhan terburuk dalam beberapa dekade, dipicu larangan media sosial yang kemudian dicabut setelah unjuk rasa berujung korban jiwa.
Presiden Ramchandra Paudel menegaskan tengah mencari solusi politik. "Saya sedang berkonsultasi dan berupaya semaksimal mungkin untuk menemukan jalan keluar dari situasi sulit saat ini di negara ini dalam kerangka konstitusional," katanya. Ia mengimbau seluruh warga untuk menahan diri dan menjaga ketertiban.
Laporan Rob McBride dari Al Jazeera menyebut suasana di Kathmandu masih penuh ketegangan.
"Kadang-kadang terasa seperti kebuntuan yang tidak nyaman karena keadaan masih sangat tegang," katanya.
Nama mantan Ketua Mahkamah Agung Sushila Karki mencuat sebagai kandidat utama pemimpin sementara. Ia dikenal sebagai perempuan pertama Nepal yang memimpin lembaga peradilan tertinggi pada 2016.
"Kami melihat Sushila Karki apa adanya, jujur, tak kenal takut dan teguh," kata Sujit Kumar Jha, seorang pendukung aksi.
Meski Karki disebut sudah memberi persetujuan, para pengunjuk rasa masih berdebat soal pencalonannya. Sebagian kelompok menuntut keputusan bulat. Dukungan terbuka juga datang dari Wali Kota Kathmandu, Balen Shah, sosok independen yang populer di kalangan anak muda.
Namun, perpecahan di kubu protes dan partai-partai besar membuat masa depan politik Nepal tetap tidak menentu.
Situasi Masih Tegang
McBride menilai pertanyaan besar berikutnya adalah apakah pemerintahan sementara dapat dibentuk. "Banyak kelompok yang memimpin protes ini tidak selalu sependapat dan bekerja sama," katanya. Meski begitu, militer berupaya memfasilitasi dialog agar tercipta solusi politik.
Sekolah, perguruan tinggi dan toko-toko masih tutup. Pemerintah memberlakukan jam malam nasional hingga Jumat, meski ada pelonggaran bagi pekerja layanan penting dan penumpang pesawat domestik maupun internasional.
31 Orang Tewas
Media lokal melaporkan korban tewas akibat protes meningkat menjadi 31 orang. Rumah Sakit Pendidikan Universitas Tribhuvan mencatat identitas 25 korban telah dipastikan, sementara enam lainnya belum teridentifikasi.
Gelombang aksi yang disebut sebagai protes Gen Z ini dipimpin anak muda yang kecewa pada kegagalan pemerintah memberantas korupsi serta membuka lapangan kerja.
Amarah massa juga berujung pada pembakaran gedung-gedung pemerintahan, rumah menteri, hingga kediaman pribadi mantan PM Oli. Beberapa hotel di Pokhara dan Hilton di Kathmandu turut menjadi sasaran. (I-3)