Geliat Desa Wisata Rammang-Rammang Angkat Ekonomi Warga Lokal

3 hours ago 1
Geliat Desa Wisata Rammang-Rammang Angkat Ekonomi Warga Lokal Ilustrasi(MI/ARDI TERISTI )

DERU mesin motor, Kamis (23/10), menggema sebuah dermaga di Kampung Karst Rammang Rammang. Di atas kapal itu, ada enam wisatawan dan seorang juru mudi.

Tak sampai semenit kapal yang kami tumpang berjalan membelah aliran sungai yang ditumbuhi dua tanaman utama, yaitu Rhizophora mucronata dan Nypa Fruticans.  Selain itu, bebatuan dan bukit-bukit karst menjadi pemandangan yang menakjubkan di sepanjang perjalanan.

Perjalanan kami menuju kampung Barua yang berjarak sekitar 3 kilometer ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit. Salah seorang juru mudi perahu, Anas (29 tahun) menceritakan, biaya sewa perahu tersebut Rp350 ribu rupiah untuk penumpang maksimal 7 otang. 

Perahu kami bersandar di dermaga Kampung Barua. Kampung ini ramai dikunjungi karena memiliki pesona wisata nan indah. Lokasinya yang berada di antara perbukitan karst yang di kanan kirinya terdapat kolam-kolam ikan. Kampung ini mencerminkan karakteristik karst muara Maros-Pangkep.

Dari cerita warga di sana, ribuan tahun yang lalu kampung berua adalah sebuah danau besar di tengah perbukitan karst. Kampung ini banyak dikunjungi pada saat matahari terbit dan saat menjelang senja, ketika banyak kelelawar keluar dari sarangnya di gua-gua perbukitan.

Kampung Berua berarti ‘Kampung Baru” karena secara administratif kampung ini adalah kampung termuda yang ada di Dusun Rammang-Rammang. Kampung Berua kini menjadi ikon Geowisata Kampoeng Karst Rammang-Rammang Salenrang.

Bagi Annas, wisata Rammang-Rammang telah banyak meningkatkan ekonomi warga sekitar. Warga bisa mendapatkan penghasilan tidak hanya dari sewa perahu, tetapi juga menjual makanan hingga menyewakan caping dan topi.

"Saya bersyukur. Dulu desa ini sepi dan saya sempat merantau ke Kalimantan untuk menjadi buruh kelapa sawit," terang dia.

Dua tahun yang lalu, ia memutuskan kembali ke kampung halamannya. Ia pun bersyukur bisa menghidupi keluarganya dengan menjadi juru mudi perahu serta bertani.

"Kalau dari perahu, penghasilan saya bisa Rp 150 ribu sehari, tergantung jumlah kunjungan wisatawan," kata dia. Menurut dia, jumlah kunjungan wisatawan beberapa tahun belakangan semakin ramai, tidak hanya wisatawan domestik, tetapi juga mancanegara.

Geliat ekonomi desa wisata di Rammang-Rammang juga dirasakan oleh Tina. Ia mengaku, dulu desa tersebut sangat sepi. "Dulu merantau ke Kalimantan kerja di tambak," kata dia.

Setelah Covid mereda, ia pun memutuskan kembali ke Rammang-Rammang. Suasananya kini jauh berbeda dari dulu.

"Wisatawannya ramai, banyak dari luar negeri juga," ungkap dia. Menurut dia, perkembangan Rammang-Rammang tidak lepas dari dukungan Bank Indonesia Sulsel.

Ia mengaku, dirinya lebih senang kerja di kampung halaman karena bisa dekat dengan keluarga. Dagangan yang ia jual, seperti es kelapa muda, pisang goreng, kopi, dam teh pun banyak dibeli wisatawan.

"Kalau hari-hari biasa (pendapatan kotor) ada sampai Rp200 ribu. Kalau biasanya ada Rp400 ribu," ungkap dia. Selain berjualan minuman, ia juga memiliki lahan sawah dan kolam ikan.

Ia pun bersyukur, pendapatannya tersebut bisa untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan membiayai anak-anak sekolah.

Tak jauh dari Rammang-Rammang, wisatawan juga dapat menikmati destinasi wisata Leang-Leang. Wisatawan dapat melihat keindahan taman batu dan lukisan manusia purba di dinding-dinding gua serta peninggalan prasejarah yang lain.

Rammang-Rammang hanyalah salah satu dari geliat desa wisata yang ada di Sulawesi Selatan.

Destinasi Unggulan

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Sulawesi Selatan, Muhammad Arafah mengatakan, Rammang-Rammang menjadi destinasi unggulan di Sulawesi Selatan yang tengah dipromosikan. "Kami mempromosikan, penumpang pesawat yang transit di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin untuk mengunjungi Rammang-Rammang," terang dia saat diskusi bertema "Kiprah Bank Indonesia dalam Pertumbuhan Ekonomi Daerah" di Makassar, Rabu (22/10), malam.

Muhammad Arafah mengatakan, Rammang-Rammang dan Leang-Leang  merupakan dua destinasi wisata dari banyak destinasi wisata di Sulsel. "Bahkan, kami memiliki 600 desa wisata (pada 2024) dan jumlahnya terus bertambah setiap tahun," papar dia.

Destinasi wisata tersebut tidak hanya berada di kawasan karst Maros-Pangkep, tetapi keindahan alam dan budaya di Tana Toraja hingga keindahan Pantai Bira hingga Pulau Samalona.

"Kami punya 24 kabupaten/kota dan lebih dari 300 pulau. Potensi pariwisata kita luar biasa karena hampir semua tempat di Sulawesi Selatan itu indah dan cantik," terang dia.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulawesi Selatan menilai pariwisata memiliki potensi besar untuk meningkatkan perekonomian di Sulawesi Selatan. "Dengan pariwisata yang semakin berkembang, tingkat hunian wisatawan diharapkan juga semakin tinggi dan lama," kata dia.

Ekonom Senior BI Sulsel, Deded Tuwanda menyampaikan, sektor pariwisata di Sulawesi Selatan berpotensi besar untuk menarik investasi,  menumbuhkan perekonomian sektor riil sehingga memperkuat ekonomi daerah sekaligus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Bank Indonesia Sulawesi Selatan pun telah banyak melakukan pendampingan untuk memajukan sektor pariwisata, terutama desa wisata, yang salah satunya di Rammang-Rammang.

Potensi ekonomi di tingkat daerah, salah satunya pariwisata, dapat digerakkan tidak sekadar melalui dukungan anggaran pemerintah, tetapi juga lewat investasi yang berkelanjutan. Artinya, pembiayaan ekonomi jangan terlalu bergantung pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ataupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

BI bersama Pemerintah Provinsi Sulsel telah mendorong setiap kabupaten dan kota untuk menyiapkan "investment project ready to offer". Dengan adanya itu, kita bisa tawarkan ke investor, baik dalam negeri maupun investor asing. 

Dengan kekayaan budaya, keindahan alam, dan atraksi yang ada, ia meyakini pariwisata Sulsel menarik bagi investasi. "Tinggal bagaimana membuat atraksi yang berkelanjutan, sehingga wisatawan bisa 'stay' lebih lama dan melakukan 'spending' di daerah. Itu bagus untuk ekonomi lokal," terang dia.

Plt Kepala Unit Kehumasan BI DIY, Maya Mulyawati menilai, Sulawesi Selatan, terutama Makassar, memiliki peran strategis dalam jaringan ekonomi nasional. “Makassar bukan hanya gerbang Indonesia Timur, tetapi juga simpul penting dalam rantai ekonomi nasional yang memiliki potensi pariwisata, sejarah, dan budaya lokalnya yang sangat besar," ungkap dia.

Menurut dia, sinergi antarwilayah, terutama antara BI, pemerintah daerah dengan masyarakat, memiliki peran penting dalam menjaga ketahanan ekonomi melalui pariwisata, seperti melalui desa wisata. Di sisi lain, perekonomian warga juga dapat tumbuh.(H-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |