
SEBUAH penelitian terbaru yang dipublikasikan di laman ilmiah Nature mengungkap penemuan mengenai fosil baru dari spesies Paranthropus boisei yang memberikan wawasan tentang kemampuan tangan nenek moyang manusia ini.
Fosil yang diberi kode KNM-ER 101000 ditemukan di wilayah Danau Turkana, Kenya, dan mencakup bagian tengkorak serta tulang-tulang tangan yang masih terhubung secara anatomis.
Tim peneliti dari National Museums of Kenya dan berbagai universitas internasional menyebut bahwa tulang-tulang tangan ini menunjukkan proporsi dan kekuatan otot yang mirip dengan manusia modern.
Struktur ibu jari yang panjang dan kuat, serta tulang-tulang pergelangan dan jari yang kokoh, menunjukkan bahwa P. boisei mampu melakukan genggaman presisi, seperti yang digunakan manusia untuk memegang alat atau mengolah benda kecil.
Dalam laporan di laman yang sama, para ilmuwan menjelaskan bahwa bentuk tulang ibu jari pada KNM-ER 101000 sangat mirip dengan manusia modern dan Neanderthal, menandakan evolusi kemampuan manipulatif yang kompleks lebih awal dari yang diduga sebelumnya. “
Ciri ini menunjukkan bahwa Paranthropus boisei tidak hanya mampu menggenggam kuat, tetapi juga memiliki koordinasi tangan yang halus,” ujar peneliti dalam kutipan jurnal tersebut.
Selain itu, bagian tulang pada sisi kelingking menunjukkan kekuatan otot yang besar di sisi ulnar tangan, mirip dengan yang ditemukan pada gorila. Namun berbeda dengan kera besar, sendi-sendi pada fosil ini lebih lentur, menandakan tingkat mobilitas tangan yang lebih tinggi yang menjadi salah satu ciri khas manusia modern.
Analisis juga menemukan bahwa struktur pergelangan tangan masih mempertahankan beberapa karakteristik primitif yang mirip dengan kera Afrika, seperti bentuk tulang scaphoid dan lunate yang menyerupai gorila.
Meski demikian, kombinasi antara kekuatan dan fleksibilitas ini diyakini memberikan P. boisei kemampuan adaptif baik untuk aktivitas darat maupun memanjat. Para ilmuwan berpendapat bahwa temuan ini dapat mengubah pemahaman mengenai evolusi keterampilan tangan manusia.
Sebelumnya, kemampuan melakukan genggaman presisi dianggap sebagai ciri khas genus Homo, tetapi bukti dari KNM-ER 101000 menunjukkan bahwa kemampuan ini mungkin telah berkembang lebih awal, bahkan pada spesies yang hidup sekitar 1,4 juta tahun lalu.
Sumber: Nature