
DINAS Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka kembali menggelar Festival Jelajah Maumere (FJM). Festival itu akan digelar selama empat hari terhitung dari tanggal 17 hingga 20 September di Kota Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.
Kali ini, FJM yang ke-tiga mengusung tema Wini Ronan atau lumbung benih sebagai refleksi atas tradisi dan kebudayaan di Kabupaten Sikka atau di Flores pada umumnya yang tumbuh dari kegiatan bertani atau berladang.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sikka, Even Edomeko, kepada Media Indonesia, Sabtu (13/9/2025), menyampaikan bahwa selain sebagai ajang promosi pariwisata karena menampilkan beragam tarian tradisional, ritual budaya bertani, nyanyi dan musik tradisional yang akan diisi oleh pegiat seni dari sanggar maupun desa wisata di Sikka, festival ini juga diadakan berangkat dari keresahan mengenai sejumlah tradisi berkebun yang mulai hilang akibat tergerus modernisasi.
“Di Sikka, dalam kegiatan berkebun ada sejumlah tradisi atau ritus yang dijalankan. Semisal dalam menyiapkan lahan, ada tradisi sako seng dimana orang mengerjakan lahan secara bergotong royong sambil bernyanyi dan menari. Pada saat menyiangi tanaman pun, sako seng ini digunakan,” kata Even kepada Media Indonesia, Sabtu (13/9/2025).
Selain sako seng, terdapat ritus mengusir hama seperti wotan wurat yang dilakukan oleh Suku Krowe di wilayah Maumere Tengah dan ritual segang oleh masyarakat Tana Ai yang bermukim di wilayah timur dan Fu Teu di bagian barat Kabupaten Sikka.
“Pada saat panen terdapat tarian Togo pare juga ada tarian Ka’i. Tarian tersebut lahir dari tradisi berladang. Hasil dari pertanian inilah yang disimpan di dalam lumbung atau wini ronan dengan tujuan adanya keberlanjutan proses menanam,” ujar Even.
Namun seiring kemajuan peradaban, tradisi sako seng juga lenyap dari tradisi. Begitu pula ritus mengusir hama tanaman mulai tenggelam karena banyak petani kini beralih menggunakan pestisidan sebagai obat pembasmi hama.
“Sehingga ini menjadi tujuan kami dari kegiatan ini juga untuk melestarikan kebudayaan ini. Sejumlah tarian tradisional, ritus-ritus tradisional dan permainan masa kecil akan divisualisasikan dalam berbagai pertunjukan seni dan perlombaan yang diadakan selama empat hari itu,” jelas Even.
Even mengungkapkan, ada perwakilan dari lima etnik di wilayah Sikka yang hadir dalam festival ini yakni, etnik Tana Ai, Sikka Krowe, Lio, Palue sebagai suku asli dan suku pendatang seperti Bugis dan Bajo Buton.
“Mereka akan membawa wini atau benih lokal khas daerah masing-masing dan menempatkannya di lumbung yang dibangun di depan kantor Dinas Pariwisata.”
Sebanyak 80 UMKM Terlibat dan Sembilan Artis Lokal Siap Manggung di FJM 2025
Even membeberkan, sebanyak 80 UMKM akan mengambil bagian dalam FJM 2025. Tak hanya dari Kabupaten Sikka, ada juga pegiat UMKM dari Labuan Bajo, Manggarai, Ende, Flores Timur dan Kota Kupang sudah mendaftarkan diri.
“Selain menyuguhkan olahan masakan lokal, masyarakat akan dihibur oleh permainan rakyat yang akan dimainkan oleh anak-anak,” kata Even.
Lanjutnya, di acara puncak FJM, pengunjung akan menyaksikan penampilan talent-talent lokal seperti Moodbreakers, Metal Zone Band, Ones n Viksan, David n Friends, Black Face, Kevin Remixer feat Oliva Helmin, Berno Gagi dan Calipso.
“Kami berharap selama empat hari kegiatan promosi wisata dan pelestarian kebudayaan bisa memicu pertumbuhan ekonomi. Kita mengajak perguruan tinggi di Kabupaten Sikka sebagai peserta pameran atau terlibat dalam kegiatan ini. Kita juga melibatkan banyak sekolah sehingga kita mengharapkan proses pembelajaran kebudayaan atau pelestarian kebudayaan,” tutup Even.(H-2)