
EZA Gionino hadir di Pengadilan Agama Cibinong, Jawa Barat, untuk menjalani sidang cerai perdananya dengan Meiza Aulia Coritha. Keduanya datang menghadiri persidangan yang menentukan arah rumah tangga mereka.
Usai sidang mediasi, Eza memanfaatkan kesempatan untuk menemui anaknya yang menunggu di mobil. Pertemuan singkat itu begitu menguras emosi. Sudah sebulan tidak berjumpa, Eza langsung menangis saat melihat sang buah hati. Tangisnya pecah, tak mampu lagi ia bendung kerinduan yang menumpuk.
Tak berhenti di situ, Eza juga melakukan panggilan video dengan putrinya, Nichole Zalya, yang berada di rumah. Meski hanya lewat layar ponsel, momen itu tetap menjadi pelipur rindu. Baginya, bisa melihat wajah dan mendengar suara sang anak adalah kebahagiaan sederhana yang terasa begitu berharga.
Namun di balik pertemuan haru itu, perceraian selalu meninggalkan luka yang dalam, bukan hanya bagi pasangan yang berpisah, tetapi juga bagi anak-anak yang harus menerima kenyataan pahit retaknya keluarga.
Cara Bantu Anak Melalui Masa Sulit Perceraian Orangtua
Menurut situs kesehatan Alodokter, ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar anak tidak tenggelam dalam kesedihan saat orangtuanya bercerai:
1. Bicarakan dengan Lembut
Anak perlu penjelasan, meski sederhana. Tak semua alasan harus diungkap, cukup tekankan bahwa cinta dan kasih sayang orangtua tidak akan pernah hilang. Untuk anak kecil, gunakan bahasa mudah, misalnya, “Ayah dan Ibu harus tinggal di rumah berbeda supaya tidak sering bertengkar.”
2. Hargai Perasaan Anak
Perceraian sering membuat anak bingung, sedih, bahkan merasa bersalah. Di saat seperti ini, orangtua perlu menyingkirkan ego sejenak dan benar-benar mendengarkan isi hati anak. Tanggapi dengan empati dan beri penjelasan yang dapat ia pahami.
3. Jangan Bertengkar di Depan Anak
Menyaksikan ayah dan ibu berpisah saja sudah cukup menyakitkan. Jika masih harus melihat konflik terbuka, beban emosinya akan semakin berat. Karena itu, persoalan serius, termasuk perselingkuhan, jangan dibicarakan di hadapan anak.
4. Pertahankan Rutinitas Anak
Stabilitas adalah kunci. Walau orangtua tak lagi tinggal bersama, jangan buru-buru memindahkan anak dari sekolah atau lingkungannya jika ia sudah nyaman. Saat anak cukup mengerti, ajak ia berdiskusi mengenai tempat tinggal yang membuatnya merasa aman.
5. Bangun Kedekatan Baru
Luka hati anak bisa dipulihkan dengan kedekatan. Sampaikan maaf atas keadaan yang terjadi dan tunjukkan bahwa ayah maupun ibu tetap hadir dalam hidupnya. Dengan begitu, anak tidak merasa kehilangan cinta dari kedua orangtuanya.