Ethipia Resmikan Bendungan Hidro Terbesar di Afrika

4 hours ago 4
Ethipia Resmikan Bendungan Hidro Terbesar di Afrika Bendungan Renaissance Besar Ethiopia.(AFP/LUIS TATO)

ETHIOPIA pada Selasa meresmikan Bendungan Renaissance Besar Ethiopia (GERD) di Sungai Nil Biru, proyek tenaga hidro terbesar di Afrika yang menelan biaya hampir 5 miliar dolar AS (sekitar Rp82,1 triliun).

Diluncurkan pada 2011 oleh mendiang Perdana Menteri Meles Zenawi, bendungan ini dirancang menghasilkan kapasitas listrik 5.150 megawatt, menjadikannya salah satu pembangkit listrik tenaga air terbesar di dunia.

Menurut pejabat Ethiopia, kehadiran bendungan ini akan membantu mengatasi krisis listrik berkepanjangan di dalam negeri sekaligus memungkinkan ekspor energi ke kawasan Afrika Timur.

Perdana Menteri Abiy Ahmed menyebut GERD sebagai tonggak bersejarah dan simbol kemandirian Ethiopia. Ia menegaskan waduk yang diberi nama Danau Nigat atau Danau Fajar menjadi penanda berakhirnya “era mengemis” di negaranya.
“Danau ini telah membawa kekayaan yang lebih besar daripada PDB Ethiopia. Generasi ini telah mencapai prestasi besar dengan Bendungan Renaissance. Era mengemis telah berakhir,” kata Abiy.

Abiy bahkan menyebut bendungan ini sebagai “megaproyek terbesar dalam sejarah masyarakat kulit hitam” dan menegaskan Ethiopia menginginkan “kemakmuran bersama, bukan kerugian”.

Dukungan juga datang dari para pemimpin negara tetangga. Presiden Kenya William Ruto menyebut peresmian ini sebagai pernyataan Pan-Afrika, menekankan bahwa benua mampu menentukan nasibnya sendiri. Presiden Sudan Selatan Salva Kiir menyebut GERD sebagai simbol persatuan dan tekad, sementara Presiden Somalia Hassan Sheikh Mohamud menekankan pentingnya berbagi sumber daya. Presiden Djibouti Ismail Omar Guelleh menilainya sebagai “hari kemenangan besar”.

Bendungan ini dibangun dengan dukungan jutaan warga Ethiopia yang ikut membeli obligasi dan memberikan sumbangan sejak 14 tahun lalu, selain dana negara.

Namun, proyek tersebut menimbulkan kontroversi. Mesir dan Sudan menolak menghadiri peresmian karena khawatir terhadap dampak bendungan. Mesir yang hampir 90 persen kebutuhan airnya bergantung pada Sungai Nil, takut aliran air berkurang saat musim kering. Sudan pun mengkhawatirkan keamanan bendungan dan pelepasan air tanpa koordinasi.

Pekan lalu, Kairo dan Khartoum mengeluarkan pernyataan bersama mengecam tindakan sepihak Ethiopia serta memperingatkan adanya ancaman terhadap stabilitas kawasan.

Meski demikian, Ethiopia tetap menegaskan bahwa GERD akan memberi manfaat lebih luas, termasuk bagi negara hilir, dengan menstabilkan aliran sungai dan mengurangi banjir. Namun, perundingan mengenai mekanisme operasional bendungan hingga kini masih menemui kebuntuan. (Ant/I-3)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |