Bupati Probolinggo Muhammad Haris mendatangi Ponpes Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Rabu (8/10/2-25).(MI/Heri Susetyo)
EMPAT warganya turut menjadi korban, Bupati Probolinggo Muhammad Haris mendatangi Ponpes Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Rabu (8/10). Bupati juga mengunjungi Syehlendra Haical, salah satu korban asal Probolinggo yang kakinya diamputasi.
Setibanya di Ponpes Al Khoziny, Haris langsung menuju kediaman pengasuh ponpes, KH Abdul Salam Mujib. Haris datang bersama jajaran Dinas Pendidikan dan Dinas Sosial Kabupaten Probolinggo. Setelah itu rombongan bupati melihat lokasi ambruknya musala Ponpes Al Khoziny.
Bupati Probolinggo sengaja datang ke Ponpes Al Khoziny Sidoarjo, karena empat warganya menjadi korban tragedi ambruknya musala Ponpes Al Khoziny Sidoarjo, pada Senin lalu (29/9). Salah satunya adalah Syehlendra Haical, yang kakinya terpaksa diamputasi dan menjalani perawatan di RSUD Notopuro Sidoarjo.
"Kami tadi mengunjungi salah satu warga kami yang diamputasi, namanya Haical dari Probolinggo. Ini sebagai bentuk keprihatinan dan saling menguatkan, karena kejadian seperti ini bisa menimpa siapa saja, di pesantren mana pun," kata Haris.
Terkait pertemuan dengan pengasuh Ponpes Al Khoziny KH Abdul Salam Mujib, Bupati Probolinggo mengatakan bahwa mereka saling menguatkan. Ambruknya musala Ponpes Al Khoziny, disebutnya sebuah musibah yang tidak diinginkan.
Sementara itu, kondisi Syehlendra Haical pascaamputasi salah satu kakinya telah stabil. Haical saat ini masih menjalani perawatan di RSUD Notopuro Sidoarjo.
Haris menegaskan bahwa pemulihan psikologis menjadi fokus utama pemerintah daerah sebelum melangkah ke tahapan pendidikan lanjutan bagi korban.
"Kita pastikan dulu psikologis anaknya bagus. Karena situasinya tidak sama lagi setelah amputasi. Kami ingin tahu apa yang dibutuhkan ke depan," kata Haris.
Dalam insiden tersebut, tercatat ada empat santri asal Probolinggo yang menjadi korban. Tiga di antaranya masih menjalani perawatan, sementara satu harus menjalani amputasi. Meskipun diterpa musibah, Haris menyebut bahwa kepercayaan masyarakat terhadap Ponpes Al Khoziny tetap tinggi.
"Sebagian besar orangtua santri dan juga alumni Ponpes Al Khoziny, mereka tetap ingin anak-anak mereka mondok di sini karena pendidikan karakter di pesantren ini luar biasa. Bukan hanya soal bangunan, tapi pondasi iman yang dibentuk," ujar Haris.
Haris menekankan bahwa musibah ini harus menjadi bahan evaluasi bersama, namun tidak lantas menurunkan semangat untuk mondok atau mengurangi nilai penting pendidikan pesantren.
"Ini musibah. Kita evaluasi agar tak terulang. Tapi jangan lupa, pondasi iman itu yang paling penting. Pesantren masih jadi tempat terbaik untuk membentuk karakter calon pemimpin masa depan," tegas Haris. (HS)


















































