Ekonomi Lesu, Libur Waisak tak Berdampak pada Kunjungan Wisata di Lembang

5 hours ago 4
Ekonomi Lesu, Libur Waisak tak Berdampak pada Kunjungan Wisata di Lembang Salah satu fasilitas hospitality di Lembang, Bandung Barat, yang sepi pengunjung pada libur panjang Waisak.(MI/DEPI GUNAWAN)

KONDISI perekonomian yang tengah lesu dampak penurunan daya beli hingga maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) diduga mempengaruhi  sektor pariwisata di Lembang Kabupaten Bandung Barat saat libur panjang Waisak.

Hal tersebut diperparah dengan larangan kegiatan karya wisata atau study tour karena rata-rata pengunjung objek wisata di Lembang mengandalkan rombongan pelajar dari sejumlah daerah.

General Manager Terminal Wisata Grafika Cikole (TWGC) Lembang, Sapto Wahyudi mengatakan, kondisi sepinya wisatawan belum berdampak pada pengurangan karyawan.

"Kita belum mengurangi karyawan, hanya saja di kita menahan rekrutmen karena kondisi sekarang ini. Kita rencananya rekrut 50 orang tahun ini untuk wahana baru," ucapnya, Selasa (13/5).

Ia mengaku, pendapatan perusahaan sedikit tertolong dengan naiknya okupansi penginapan selama dua hari terakhir. Namun diprediksi dalam beberapa minggu ke depan, kunjungan bakal kembali merosot.

"Kami berharap kondisi ini segera di berakhir, artinya semua kembali normal dan bagaimana kita bisa terus tumbuh. Makanya kita butuh peran semua, bukan hanya pengusaha, stakeholder, pemerintah dan lainnya," ujarnya.


Promosi bersama


Di tengah turunnya kunjungan wisatawan akibat faktor perekonomian yang masih belum stabil, Persatuan Hotel dan Restoran (PHRI) bersatu meningkatkan upaya promosi dan kolaborasi untuk menarik lebih banyak pengunjung ke tempat-tempat wisata.

Sekretaris PHRI Kabupaten Bandung Barat, Alfred Sebastian mengungkapkan, puluhan anggota yang tergabung dalam PHRI telah melakukan pertemuan untuk menyusun strategi promosi bersama yang saling menguntungkan.

"Promosi yang kami siapkan bukan sekadar diskon, ini tentang kolaborasi. Misalnya, pengunjung yang menginap di hotel A bisa mendapat potongan harga di restoran B atau objek wisata C. Semua anggota akan berkontribusi sesuai kemampuannya," ungkapnya.

Diskon dan program promosi akan difokuskan bagi wisatawan luar daerah yang biasanya memiliki daya beli lebih tinggi. Langkah ini juga diharapkan menjadi pemantik untuk meningkatkan kunjungan di tengah lesunya situasi ekonomi dan mulai munculnya gejala penurunan omzet di sektor perhotelan dan restoran.

"PHRI berharap ada juga langkah dari pemerintah daerah yang mendukung gerakan dari pengelola wisata. Apalagi mengingat pariwisata sebagai penopang perekonomian daerah (PAD) Bandung Barat," bebernya.

Pihaknya tidak mau menyalahkan siapapun atas kondisi tersebut, namun jika tak segera diambil tindakan maka dikhawatirkan akan berefek langsung pada roda perekonomian masyarakat yang bergantung pada sektor pariwisata.

"Badai ini terasa sunyi, tapi dampaknya nyata. Kami harus siap menyikapinya," jelasnya.

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |