
Kepala Center of Macroeconomics and Finance Indef, M Rizal Taufikurahman, menilai pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI-Rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,50% akan menjadi langkah strategis untuk memperkuat transmisi kebijakan moneter ke sektor riil.
Menurut Rizal, kondisi inflasi yang stabil di bawah 3% memberikan ruang bagi BI untuk melonggarkan kebijakan tanpa menimbulkan tekanan besar pada nilai tukar rupiah. Dengan begitu, penurunan suku bunga dapat menjadi stimulus tambahan bagi kredit modal kerja dan investasi, yang pertumbuhannya sempat melambat pada paruh pertama tahun ini.
“Pemangkasan 25 bps akan mempertegas keberlanjutan siklus pelonggaran yang dimulai sejak September lalu, sekaligus menjaga policy alignment dengan arah kebijakan fiskal yang lebih ekspansif. Dengan begitu, BI dapat memperkuat efek sinergi kebijakan dalam menjaga pertumbuhan tanpa kehilangan kredibilitas inflasi,” ujar Rizal di Jakarta, Rabu (22/10).
Risiko Outflow Masih Terkendali
Rizal mengakui risiko aliran keluar (capital outflow) memang meningkat akibat penyempitan selisih suku bunga acuan dengan dolar AS. Namun, ia menilai risiko tersebut masih terkendali selama pemangkasan dilakukan secara bertahap dan disertai dengan kebijakan triple intervention yang aktif oleh BI.
Selain itu, arus keluar portofolio mulai diimbangi dengan masuknya modal ke pasar saham dan obligasi domestik, karena imbal hasil (yield) Indonesia masih tergolong menarik dibanding negara lain di kawasan.
“Dengan catatan BI menjaga komunikasi pasar secara tegas dan memperkuat operasi valas, pemangkasan 25 bps tidak akan mengguncang stabilitas. Risiko terkendali, manfaat pemulihan ekonomi lebih besar,” jelasnya.
Meski demikian, Rizal menyebut keputusan BI untuk menunda penurunan suku bunga juga bukan langkah keliru. Menurutnya, apabila BI memilih menahan di level 4,75 persen, hal itu menunjukkan prioritas terhadap stabilitas keuangan di tengah tekanan arus modal keluar dan pelemahan rupiah yang sempat mendekati Rp16.500 per dolar AS.
“Kebijakan tahan suku bunga menjadi defensive stance yang logis sampai tekanan global mereda atau arah kebijakan The Fed lebih jelas,” tambahnya.
Kebijakan Moneter BI Sejak Tahun Lalu
Sejak tahun 2024, BI telah menurunkan suku bunga acuan sebanyak enam kali dengan total pemangkasan 150 bps, yakni pada September 2024, kemudian Januari, Mei, Juli, Agustus, dan September 2025, hingga kini berada di level 4,75%.
BI dijadwalkan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) hari ini, termasuk arah kebijakan suku bunga berikutnya yang akan menjadi indikator penting bagi pelaku pasar dan dunia usaha terhadap arah ekonomi Indonesia ke depan. (Ant/E-3)