Planet Venus(freepik)
SELAMA ini, banyak orang menganggap Mars sebagai planet yang paling mirip dengan Bumi. Letaknya tidak terlalu jauh, komposisinya serupa, dan bukti-bukti ilmiah menunjukkan bahwa miliaran tahun lalu, planet merah itu mungkin pernah memiliki sungai, danau, bahkan lautan.
Karena itu, berbagai misi luar angkasa, termasuk milik NASA, telah dikirim ke sana untuk mencari tahu apakah Mars pernah menjadi rumah bagi kehidupan.
Namun, di balik ketertarikan manusia terhadap Mars, sebagian ilmuwan justru menilai ada planet lain yang sebenarnya jauh lebih mirip Bumi. Planet itu adalah Venus, tetangga kita yang mengorbit lebih dekat ke Matahari.
Mengutip dari laman npr.org, Venus disebut sebagai kembaran Bumi yang terlupakan. Ukurannya hampir sama, komposisinya mirip, dan jaraknya pun tidak terlalu jauh. Bahkan, dalam masa-masa awal pembentukan tata surya, ketiga planet, yaitu Bumi, Mars, dan Venus tampak sangat serupa.
Salah satu ilmuwan yang meneliti planet ini, Martha Gilmore, profesor Ilmu Bumi dan Lingkungan di Wesleyan University, menggambarkan hubungan ketiganya seperti saudara kandung dengan nasib yang berbeda.
“Jika kita melihat masa lalu, Bumi tidak akan tampak begitu berbeda dari kedua tetangganya,” ujarnya.
Bumi, Mars, dan Venus Pernah Punya Kemiripan
Sekarang ketiga planet ini memiliki wajah yang sangat berbeda. Bumi menjadi dunia yang hangat dan penuh kehidupan. Mars berubah menjadi planet beku yang kering dan tandus, sementara Venus menjadi planet terpanas di tata surya, suhu di permukaannya bisa mencapai lebih dari 800 derajat Fahrenheit, dan tekanan udaranya 75 kali lebih besar dari tekanan di Bumi.
Kondisi ekstrem ini membuat setiap pesawat ruang angkasa yang dikirim ke permukaannya tidak bertahan lama. Sepuluh probe yang pernah mendarat di sana hanya mampu bertahan kurang dari dua jam sebelum akhirnya hancur akibat panas dan tekanan yang luar biasa.
Gilmore menjelaskan bahwa perbedaan besar ini terjadi karena ukuran planet, panas internal, dan jarak dari Matahari. Dirinya memberi perumpamaan makanan kepada ketiga planet ini.
Mars adalah kacang polong, kecil dan cepat dingin. Sementara Bumi dan Venus adalah kentang panggang berukuran serupa, yang seharusnya mendingin pada laju yang sama. Namun, perbedaan jarak dari Matahari membuat segalanya berubah. Venus menerima energi lebih besar dari Matahari, sehingga selama miliaran tahun atmosfernya semakin panas dan padat.
Keseimbangan Alam Milik Bumi Paling Sesuai
Atmosfer memiliki peran penting bagi kehidupan. Gilmore menyebut atmosfer ibarat selimut hangat yang melindungi planet dari radiasi berbahaya sekaligus menjaga suhu tetap stabil. Di Bumi, keseimbangan ini terjaga berkat tiga hal, yaitu aktivitas vulkanik, massa planet yang besar, dan lautan.
Gunung berapi, yang digerakkan oleh panas dalam planet, berfungsi mengeluarkan gas-gas yang membentuk atmosfer. Namun agar atmosfer itu bertahan, planet juga harus cukup besar agar gravitasi mampu menahannya agar tidak lepas ke angkasa.
Mars yang kecil tidak memiliki kekuatan itu. Ketika suhunya turun dan aktivitas vulkaniknya berhenti, atmosfernya menipis. Akibatnya, air di permukaannya menguap ke luar angkasa atau membeku menjadi es. Kini, planet merah itu hanyalah gurun dingin yang sunyi.
Sebaliknya, Venus terlalu panas. Panas dari Matahari menyebabkan lautan purbanya menguap, sementara gunung berapi terus memuntahkan gas karbon dioksida.
Efek Rumah Kaca yang Tak Terkendali
Berbeda dengan Venus, Bumi masih memiliki cara alami untuk mengatur kadar karbon dioksida di atmosfernya, yaitu melalui lautan. Air laut menyerap kelebihan karbon dan menyimpannya di dasar laut dalam bentuk batuan karbonat.
“Begitu lautan hilang, mekanisme utama untuk menyimpan karbon dioksida juga hilang, gas itu akan tetap berada di atmosfer, menciptakan efek rumah kaca tak terkendali yang menjadikan planet tertutup oleh selimut panas," jelas Gilmore.
Fenomena inilah yang diyakini membuat Venus berubah dari planet yang mungkin dulu mirip Bumi menjadi "neraka" yang tidak bisa dihuni. Para ilmuwan kini memandangnya sebagai peringatan alami tentang apa yang bisa terjadi jika keseimbangan Bumi terganggu akibat perubahan iklim.
Sumber: npr.org


















































