Dua Dapur SPPG di Cipongkor Diduga Jadi Sumber Keracunan Massal MBG

1 month ago 27
Dua Dapur SPPG di Cipongkor Diduga Jadi Sumber Keracunan Massal MBG Pengecekan SPPG di Bandung Barat.(Dok. MI)

PROSES produksi Makanan Bergizi Gratis (MBG) Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Yayasan Rajib Putra Barokah Kecamatan Cipongkor Bandung Barat ternyata dilakukan sejak malam hari hingga dini hari.

Pada saat kejadian keracunan MBG Rabu (24/9) lalu, pihak dapur menyajikan menu ayam geprek bagi ribuan siswa di wilayah Cipongkor, salah satunya SMK Karya Perjuangan.

"Yang ada kasusnya kemarin di menu ayam geprek, padahal kita sudah dua kali menyajikan ayam geprek tapi gak pernah kejadian apa-apa," ucap Asisten Lapangan Dapur SPPG Dapur Maju Jaya, Chandra Wijaya, Jumat (26/9).

Dia mengatakan, pengolahan bahan baku lainnya seperti timun dan tomat dimulai pukul 20.00 WIB. Selanjutnya, nasi mulai dimasak pukul 23.00 WIB dan disambung dengan pengolahan lauk utama ayam geprek.

"MBG mulai didistribusikan pagi jam 07.00 WIB ke sekolah-sekolah, ada yang langsung dimakan tapi ada juga yang menunggu istirahat pertama sekitar jam 09.00 WIB," bebernya.

Chandra melanjutkan, proses masak MBG biasa mulai dikerjakan pada dini hari antara pukul 23.00 WIB hingga subuh tergantung menu.

"Kalau menunya burger relatif aman karena tahan lama, tapi kalau menu panas seperti ayam geprek harus dikerjakan sampai subuh. Pukul 03.00 biasanya sudah terbungkus, lalu pagi mulai disalurkan," ujarnya.

Dalam sehari, penyedia MBG mampu memproduksi hingga 3.986 porsi untuk sekitar 30 sekolah. Distribusi terbanyak berada di wilayah Kecamatan Cipongkor, terutama di Desa Neglasari, Sarinagen, dan Mekarsari.

Adapun menu yang disiapkan cukup bervariasi, mulai dari ayam geprek, ayam katsu, spaghetti, hingga burger. Namun, pada hari kejadian keracunan massal, menu yang didistribusikan adalah ayam geprek.

"Kita kan baru jalan tiga periode ya, kalau porsi ya macam-macam tapi dari seminggu itu tiga kali menu yang ada nasinya. Kayak hari Jumat karena selalu dikejar waktu kan cuma sampai jam 10 anak-anaknya, jadi menunya burger, hot dog juga pernah," katanya.

Di tempat berbeda, pengelola SPPG Makmur Jaya di Kampung Cipari, Desa Cijambu, Kecamatan Cipongkor mengaku selama ini proses produksi di dapur sudah sesuai SOP.

"Ruangan produksi harus bersih, steril, tidak bisa dimasuki sembangan orang. Hanya boleh juru masak dan bagian pengolah saja," kata Kepala SPPG Makmur Jaya, Ikbal Maulana Ramadan.

Ia menyebut, SPPG Makmur Jaya berisi 51 orang yang masing-masing bertugas pada bagian pengolahan bahan makanan, ahli gizi, manajemen, dan sopir.

Mereka berasal dari beragam latar belakang, termasuk juga melibatkan warga sekitar. Ia mengklaim, semua yang terlibat di SPPG Makmur Jaya merupakan orang berpengalaman.

"Saya sendiri dari manajemen, ada chef. Bagian pengolahan sudah bersertifikasi. Untuk SPPG ini baru 2 minggu berjalan," ungkapnya.

Pihaknya kini menunggu hasil pengujian sampel makanan dari Labkesda Jabar agar mengetahui penyebab pasti keracunan massal. Ia memastikan jika produksi MBG sesuai petunjuk teknis dari Badan Gizi Nasional (BGN).

"Tidak ada kesengajaan kami, semuanya sesuai petunjuk dari atas. Justru kami semuanya bekerja di sini untuk mendapat penghasilan," tambah Ikbal. (H-3)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |