Dorong Kredit, BI Jaga Kualitas Likuiditas

3 hours ago 3
Dorong Kredit, BI Jaga Kualitas Likuiditas Pengunjung melihat produk kerajinan pada pameran International Handicraft Trade Fair (Inacraft) 2025 di JCC, Jakarta, Kamis (2/10/2025).(MI/Usman Iskandar)

BANK Indonesia (BI) terus memperkuat pengawasan terhadap bank-bank yang memperoleh insentif kebijakan likuiditas makroprudensial (KLM). Langkah tersebut dilakukan agar insentif yang diberikan benar-benar mendorong ekspansi kredit secara berkualitas dan berkontribusi pada pertumbuhan sektor riil.

Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia Irman Robinson menyampaikan bahwa penguatan pengawasan dilakukan sejalan dengan kebijakan baru yang bersifat forward looking, yakni insentif diberikan berdasarkan komitmen pertumbuhan kredit yang sudah tercantum dalam rencana bisnis perbankan.

“Insentif eksisting diberikan berdasarkan realisasi pertumbuhan kredit bank. Sekarang kami berpikir bagaimana mendorong pertumbuhan kredit yang sudah direncanakan, dengan memberikan insentif di awal, agar bank memiliki ruang likuiditas lebih besar untuk ekspansi,” ujar Irman yang bergabung secara daring dalam pelatihan wartawan Triwulan IV 2025 yang diselenggarakan di Bukittinggi, Sumatra Barat, Jumat (24/10).

Menurutnya, pendekatan tersebut diharapkan dapat mempercepat penyaluran pembiayaan ke sektor produktif yang memiliki dampak langsung terhadap aktivitas ekonomi riil.

Sektor Prioritas: Hijau, UMKM, dan Pertanian

Irman menjelaskan, sektor penerima manfaat insentif akan diarahkan pada bidang-bidang prioritas, antara lain pertanian, UMKM, perumahan, serta sektor hijau seperti pengolahan sampah dan ekonomi sirkular. Kebijakan ini sejalan dengan arah pembangunan nasional dan prinsip keuangan berkelanjutan.

“Kita mendukung pembiayaan hijau dan sektor yang kuat di perekonomian, selaras dengan Asta Cita. Tidak semua sektor kita dorong, hanya yang berpotensi menjaga stabilitas dan keberlanjutan,” katanya.

Selain itu, BI mendorong percepatan transmisi kebijakan moneter melalui penyesuaian suku bunga perbankan. Bank yang lebih cepat menurunkan suku bunga kredit akan memperoleh insentif tambahan.

Penyesuaian Insentif Berdasarkan Kinerja

Terkait pencapaian target kredit, Imran menegaskan bahwa BI tidak akan langsung memberikan penalti apabila realisasi tidak sesuai komitmen, namun akan melakukan penyesuaian nilai insentif pada triwulan berikutnya.

“Kalau tidak tercapai, tentu ada penyesuaian. Prinsipnya kita jaga asas keadilan. Perhitungan di triwulan berikutnya akan melihat deviasi antara realisasi dan komitmen sebelumnya,” jelasnya.

Ia menambahkan, pemberian insentif akan tetap memperhatikan tingkat risiko perbankan. Bank dengan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) tinggi tidak akan masuk dalam cakupan pemberian insentif.

“Kami lihat, misalnya di sektor perikanan, beberapa subsektor NPL-nya tinggi, sehingga tidak dimasukkan dalam daftar penerima insentif KLM,” ujar Irman.

Koordinasi dengan OJK dan Penguatan Makroprudensial

Untuk memastikan efektivitas kebijakan, BI memperkuat koordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam memantau kesehatan bank penerima insentif. OJK diharapkan memberikan masukan terkait kondisi individual bank, sementara BI memastikan konsistensi dengan kebijakan makroprudensial lending.

“OJK yang lebih tahu kondisi individual bank. Kami sinkronkan data dan asesmen mereka untuk memastikan pemberian insentif tidak menimbulkan risiko baru di sistem keuangan,” kata Irman.

Hingga saat ini, BI mencatat rasio NPL perbankan masih terkendali di bawah 5%, dengan proyeksi pertumbuhan kredit berada pada kisaran 8–11% tahun ini, sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional.

Dorong Pertumbuhan Sektor Riil

Irman menegaskan, kebijakan insentif likuiditas ini tidak hanya bertujuan menjaga likuiditas perbankan, tetapi juga untuk mempercepat pertumbuhan sektor riil yang pada akhirnya mendorong ekspansi ekonomi.

Insentif perbankan diharapkan dapat memacu pertumbuhan sektor riil, mulai dari pertanian, UMKM, hingga pembiayaan hijau. Jika kredit mengalir dengan sehat, efeknya akan langsung terasa pada peningkatan kegiatan ekonomi nasional,” tutur dia.

Ia juga menekankan pentingnya perluasan basis debitur baru agar pertumbuhan kredit tidak hanya mengandalkan debitur eksisting. “Bank perlu menciptakan pengusaha-pengusaha baru agar kredit terus tumbuh dan ekonomi semakin inklusif,” pungkasnya. (E-4)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |