Para calon jemaah haji melakukan pelunasan haji tahap l (14 Februari-14 Maret 2025) di Kantor Cabang BSI Bekasi Summarecon, Jawa Barat, Jumat (21/2/2025).(MI/Susanto)
PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin membaik meskipun kondisi makro masih menantang. BSI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun depan bisa mencapai 6%.
“Dengan arah kebijakan yang semakin pro-growth dan sinergi kuat antara otoritas fiskal dan moneter, pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan meningkat dari 5,2% di 2025 menjadi 6% pada 2026,” kata Direktur Utama BSI Anggoro Eko Cahyo dalam konferensi pers Kinerja Triwulan III 2025 Bank Syariah Indonesia secara daring, Rabu (29/10).
Pada kuartal III tahun ini, kata Anggoro, BSI melihat kebijakan moneter dan fiskal pemerintah menunjukkan arah yang semakin pro-growth. Langkah Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan secara bertahap hingga 4,75%, serta kebijakan Kementerian Keuangan menyalurkan injeksi likuiditas sebesar Rp200 triliun, dinilai telah berhasil memperkuat sistem keuangan nasional.
“Hal ini tentu berdampak pada likuiditas perbankan yang membaik, pertumbuhan DPK (dana pihak ketiga) yang kembali meningkat, dan transmisi ke sektor riil mulai terasa dengan peningkatan uang beredar,” jelasnya.
Di sisi lain, suku bunga lending masih relatif tinggi. Anggoro menyebut kebijakan stabilisasi yang diambil pemerintah dan Bank Indonesia telah menjaga kepercayaan pelaku usaha.
Ia mengatakan permintaan kredit mulai menunjukkan pemulihan. Hal itu didukung oleh peningkatan aktivitas manufaktur yang tercermin dari Purchasing Managers' Index (PMI) yang tetap berada di zona ekspansi. “Hal ini menjadi sinyal bahwa momentum pertumbuhan masih terjaga,” ujar Anggoro.
Di sisi eksternal, lanjutnya, surplus neraca perdagangan dan peningkatan arus penanaman modal asing (PMA) terus memperkuat cadangan devisa nasional. Kondisi itu memberikan ruang lebih besar bagi Bank Indonesia untuk menstabilkan nilai tukar rupiah di tengah dinamika global yang masih menantang.
“Kami menyampaikan terima kasih kepada pemerintah Indonesia atas kebijakan fiskal yang konsisten dan terarah dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam tiga kuartal terakhir, serangkaian paket stimulus dengan total lebih dari Rp100 triliun, menunjukkan komitmen kuat pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat sekaligus mendorong pemulihan sektor riil,” paparnya.
BSI juga menilai pemerintah berhasil menyalurkan stimulus tanpa mengorbankan stabilitas fiskal. Defisit APBN pun tetap terkendali di bawah 3%.
“Hal ini mencerminkan kebijakan fiskal yang adaptif namun tetap berhati-hati, menciptakan ruang fiskal yang sehat bagi kesinambungan program dan pertumbuhan masa depan. Dari sisi konsumsi domestik, kepercayaan konsumen menunjukkan tren perbaikan seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi dan meningkatnya aktivitas masyarakat,” jelasnya.
Direktur Finance & Strategy Bank Syariah Indonesia Ade Cahyo Nugroho menambahkan, kebijakan pemerintah dan regulator saat ini sudah sangat solid, yakni fokus pada pertumbuhan dan menggerakkan ekonomi terutama di bawah.
Ia juga menilai penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia hingga 4,75% sebagai langkah yang tepat. Hal itu, menurutnya, merupakan sinyal bahwa keinginan dari regulator untuk kembali meningkatkan likuiditas di market sebagai bahan bakar untuk pertumbuhan pembiayaan.
“Kami juga merasa ini bagian dari kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dan regulator sebagai tindak lanjut dari penempatan dana pemerintah sebesar Rp10 triliun yang ke BSI. Karenanya ini menjadi fondasi untuk pertumbuhan kita ke depan, tentu tidak hanya di tahun ini tapi juga tahun-tahun mendatang,” paparnya.
Bank Syariah Indonesia pun menyampaikan apresiasi kepada Bank Indonesia dan pemerintah karena dinilai berhasil menjaga keseimbangan antara stabilitas serta pertumbuhan.
“Kebijakan pelonggaran moneter memberi ruang bagi sektor riil untuk kembali ekspansi. Otomatis, kan? Jadi salah satu fungsi pelonggaran moneter itu supaya usaha meningkat sehingga terjadi pertumbuhan ekonomi, uang kembali banyak beredar dan seterusnya,” tambah Direktur Sales & Distribution Bank Syariah Indonesia Anton Sukarna. (E-4)


















































