
PADA semester I 2025, Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Bandung masih menemukan obat bahan alam (OBA) yang mengandung bahan kimia obat (BKO) yang beredar di pasaran. Obat bahan alam atau OBA merupakan sebutan untuk obat tradisional atau herbal yang menggunakan bahan-bahan berupa tumbuhan, hewan, mineral, atau campuran bahan tersebut..
Kepala BBPOM Bandung, I Made Bagus Gerametta menyatakan pada tahun 2024, berdasarkan intensifikasi pengawasan peredaran OBA, pihaknya menemukan cukup banyak produk mengandung BKO dengan nilai ekonomi yang tinggi.
"Pada semester I tahun 2025, hasil sampling dan pengujian menemukan 46 produk OBA BKO beredar di fasilitas distribusi. Bahkan, terdapat keterulangan temuan terhadap produk yang sebelumnya sudah diumumkan dalam Public Warning BPOM,” ungkapnya, dikutip Sabtu (13/9).
Bahan kimia obat ialah bahan-bahan yang diproduksi melalui proses kimiawi, bukan berasal langsung dari bahan alam secara utuh.Temuan tersebut berdasarkan hasil pengawasan secara intensif yang dilakukan oleh BBPOM Bandung, sehingga dengan adanya temuan ini, petugas langsung melakukan penarikan obat itu dan sosialisasi kepada masyarakat
Menurut Gerametta temuan ini menegaskan bahwa praktik penambahan BKO masih menjadi masalah serius, berisiko tinggi bagi kesehatan masyarakat dan merusak kepercayaan terhadap industri obat bahan alam. Atas hal tersebut, pihaknya juga mengadakan bimbingan teknis sebagai langkah intervensi dalam bentuk peningkatan literasi dan penguatan pengawasan serta menekankan pentingnya komitmen bersama untuk memastikan distribusi obat bahan alam dilakukan sesuai ketentuan, aman, bermutu, dan bermanfaat.
“Kegiatan ini tidak hanya bertujuan untuk memberikan pemahaman regulasi, tetapi juga untuk membangun sinergi lintas sektor antara pemerintah, akademisi, media, asosiasi, dan tentu saja para pelaku usaha. Literasi yang kuat dan komitmen yang nyata akan menjadi pondasi agar peredaran obat bahan alam tidak lagi tercemar oleh produk yang mengandung BKO,” jelasnya.
Gerametta berharap kegiatan ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya, aktif bertanya, memberikan masukan, serta menunjukkan komitmen dalam menjaga mutu dan keamanan produk yang didistribusikan. Indonesia dianugerahi kekayaan hayati yang melimpah dan dari kekayaan tersebut lahirlah berbagai produk obat bahan alam yang telah menjadi bagian dari tradisi dan kebanggaan bangsa. Namun, dalam pengawasan yang dilakukan, pihaknya masih menghadapi tantangan besar.
“Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, mari kita wujudkan pengawasan obat dan makanan yang semakin efektif demi melindungi kesehatan masyarakat sekaligus meningkatkan daya saing obat bahan alam Indonesia di pasar nasional maupun internasional,” sambungnya. (H-4)