
DETEKSI dini dan dukungan terhadap pasien menjadi langkah penting dalam meningkatkan penanganan kanker darah multiple myeloma di Indonesia.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan pemerintah memperkuat fasilitas kesehatan sekaligus mendorong masyarakat melakukan pemeriksaan sejak dini.
"Kami sedang memperkuat fasilitas untuk mendukung para penyintas sekaligus mengajak masyarakat melakukan deteksi sejak dini. Program Cek
Kesehatan Gratis (CKG) bisa membantu mengenali gejala awal kanker, dan tahun ini fasilitas PET-CT Scan akan ditambah menjadi 23 unit dari yang sebelumnya hanya tiga," kata Nadia, dikutip Jumat (12/9)
Kementerian Kesehatan, dikatakannya, juga tengah mengupayakan lebih banyak obat kanker masuk dalam cakupan BPJS Kesehatan agar meringankan beban biaya masyarakat.
Konsultan Hematologi-Onkologi Prof. DR. DR. dr. Ikhwan Rinaldi menilai rendahnya pengetahuan masyarakat masih menjadi hambatan besar dalam mengenali penyakit ini.
Menurut data Global Cancer Observatory 2022, tercatat 3.258 kasus baru dan 13.067 kematian akibat multiple myeloma di Indonesia.
"Kalau orang tidak punya pengetahuan, mereka tidak akan aware. Tapi kalau ada kesadaran, meski hanya gejala anemia biasa, pasien bisa berpikir jangan-jangan ini kanker darah, lalu segera periksa. Itu jauh lebih baik daripada terlambat," ujar Ikhwan.
Ia menyebut pengobatan multiple myeloma kini berkembang pesat. Selain kemoterapi, terapi kombinasi dengan obat kanker hingga antibodi monoklonal terbukti mampu memperpanjang kesintasan dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Dari sisi komunitas, Ketua Multiple Myeloma Indonesia (MMI) dr. Abraham Michael mengatakan organisasinya berperan menjaga semangat penyintas sekaligus memperjuangkan akses layanan kesehatan.
Selain menjadi ruang berbagi informasi, MMI juga menyalurkan bantuan finansial, termasuk biaya transportasi, pengobatan, hingga dukungan usaha kecil agar pasien tetap produktif.
"Kami ingin memastikan para penyintas tidak hanya bertahan dalam pengobatan, tetapi juga tetap bisa menjalani hidup dengan optimis dan produktif," kata Abraham.
Kisah Santyna Sanjaya, salah satu penyintas multiple myeloma, menggambarkan pentingnya deteksi dini.
Ia sempat mengabaikan nyeri pinggang yang dialami hingga akhirnya baru terdiagnosis setelah menjalani serangkaian tes, termasuk PET-CT Scan.
Setelah melewati kemoterapi dan pengobatan, kondisinya membaik berkat dukungan keluarga dan komunitas.
"Untuk semua pejuang MM, kita harus memotivasi diri. Jika dokter menyarankan pengobatan, kita ikuti sampai tuntas agar hasilnya optimal.
Saya harap akses pengobatan semakin merata sehingga lebih banyak pasien bisa menjalani hidup lebih baik," pungkas Santyna. (Ant/Z-1)