Ilustrasi(freepik)
SEBAGIAN besar dasar Laut Utara ternyata terbalik susunannya. Lapisan pasir yang seharusnya lebih muda justru berada di bawah, sementara lapisan yang lebih tua menumpuk di atasnya. Hal seperti ini memang pernah ditemukan di tempat lain, tapi tidak pernah sebesar yang ada di Laut Utara. Kini, dua ahli geologi mengaku punya jawaban untuk misteri ini.
Laut Utara sudah lama dieksplorasi, mulai dari pengeboran minyak, menjadi pusat ladang turbin angin lepas pantai terbesar di dunia, hingga penelitian karena perairannya yang relatif dangkal. Wajar kalau banyak orang mengira Laut Utara sudah sepenuhnya dipahami. Tapi nyatanya, laut ini masih sering menyimpan kejutan, terutama di bagian utaranya.
Pencitraan seismik 3D berskala besar, berhasil menemukan gundukan pasir raksasa di dasar Laut Utara. Beberapa di antaranya membentang hingga beberapa kilometer, dengan susunan lapisan yang tidak biasa, karena lapisan yang lebih tua justru berada di atasnya. Temuan ini menyingkap pola geologi yang belum pernah terlihat sebelumnya dalam skala sebesar ini.
"Penemuan ini mengungkap proses geologis yang belum pernah kita lihat sebelumnya dalam skala sebesar ini," ujar Profesor Mads Huuse dari Universitas Manchester dalam sebuah pernyataan. "Yang kami temukan adalah struktur di mana pasir padat, telah tenggelam ke dalam sedimen yang lebih ringan yang mengapung ke atas pasir. Secara efektif membalikkan lapisan konvensional, yang kita harapkan dan menciptakan gundukan-gundukan besar di bawah laut," tambahnya.
Sinkites dan Floatites
Huuse bersama rekannya, Jan Rudjord dari Aker BP, menamai struktur tersebut sebagai sinkites dan floatites. Mereka menjelaskan formasi ini adalah yang terbesar dari jenisnya yang pernah ditemukan, dengan ukuran mencapai beberapa kilometer dan kedalaman hingga 200 meter (660 kaki).
Para peneliti memperkirakan intrusi ini terbentuk pada periode Miosen Akhir hingga Pliosen, sekitar 7 hingga 4 juta tahun lalu. Rudjord dan Huuse menghubungkan kemunculannya dengan perpaduan tiga faktor utama yang bekerja bersamaan.
Bahan pertama adalah lumpur biosilika, yaitu endapan ringan namun kaku yang tersusun dari fosil mikroskopis dengan kepadatan sekitar 1,8 gram per sentimeter kubik. Endapan ini terbentuk akibat ledakan populasi organisme laut kecil, ketika arus kaya nutrisi dari Atlantik Utara mencapai Laut Utara.
Bahan kedua berupa pasir yang lebih padat, dengan kepadatan sekitar 2,1 gram per sentimeter kubik. Pasir ini hadir dalam jumlah besar dan mampu mencair serta mengalir menembus sebagian lapisan batuan yang lebih tua. (IFL Science/Z-2)


















































