Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti menyuarakan pesan perdamaian dari Samarkand, Uzbekistan.(MI/Abdul Kohar)
                            MENTERI Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti menyuarakan pesan perdamaian dari Samarkand, Uzbekistan. Dalam pidatonya di Sidang Umum ke-43 UNESCO, ia menutup pernyataannya dengan pantun penuh makna.
“Dari Jakarta ke Samarkand, kota bersejarah nan menawan. Jika manusia bergandeng tangan, dunia kan indah penuh kedamaian.”
Momen tersebut bukan sekadar kebanggaan bagi Indonesia, melainkan juga simbol kontribusi bangsa dalam mewarnai panggung global dengan semangat damai, humanisme, dan gotong royong.
Pidatonya itu sendiri berdurasi enam menit. Hal tersebut menjadi momen bersejarah, karena untuk pertama kalinya bahasa Indonesia digunakan secara resmi dalam sidang UNESCO. Bahasa Indonesia telah diakui sebagai salah satu bahasa resmi UNESCO sejak 20 November 2023, namun baru diucapkan secara langsung di forum internasional pada Selasa (4/11/2025).
Bahasa Indonesia Resmi Menggema di Forum Dunia
Abdul Mu'ti membuka pidatonya dengan pantun: “Bunga selasih mekar di taman. Petik setangkai buat ramuan. Terima kasih saya ucapkan, atas kesempatan menyampaikan pernyataan.”
Ia menyampaikan bahwa Indonesia percaya solusi atas tantangan global tidak semata-mata terletak pada kekuasaan atau ekonomi, melainkan pada manusia yang tercerahkan melalui pendidikan, sains, kebudayaan, serta komunikasi dan informasi yang membebaskan.
Nilai-nilai tersebut, lanjutnya, menjadi dasar bagi Indonesia untuk menegaskan bahwa pendidikan adalah hak dasar setiap anak, dan tidak boleh ada satu pun yang tertinggal.
Pendidikan Bermutu untuk Semua
“Di Indonesia, Angka Partisipasi Sekolah anak usia 7–12 tahun dan 13–15 tahun masing-masing telah mencapai 99,19% dan 96,17%. Kami baru saja mengeluarkan kebijakan Pendidikan Bermutu untuk Semua sebagai perwujudan amanat Konstitusi, Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, dan jalan menuju kemanusiaan yang adil dan beradab,” papar Abdul Mu'ti.
Ia juga menyoroti berbagai upaya nasional untuk mempercepat pencapaian Tujuan ke-4 Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dengan menekankan pembelajaran bermakna, berkesadaran, dan menggembirakan, termasuk pengenalan kecerdasan artifisial, koding, serta penguatan karakter.
Selain itu, ia menekankan pentingnya peningkatan kesejahteraan guru, pemenuhan gizi anak sekolah, serta pengembangan Sekolah Rakyat untuk memutus rantai kemiskinan. Pemerintah juga meluncurkan program Digitalisasi Pendidikan dan Rumah Pendidikan untuk menjangkau anak-anak di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar.
Etika Digital dan Kebudayaan sebagai Fondasi Perdamaian
Menanggapi era kecerdasan buatan, Abdul Mu'ti menyampaikan bahwa Indonesia mendukung kebijakan open science dan penerapan etika AI agar transformasi digital tetap berpihak pada manusia.
“Indonesia juga meyakini bahwa kebudayaan adalah jiwa kemanusiaan dan fondasi perdamaian. Kami berkomitmen untuk terus melindungi dan memajukan keberagaman melalui pendidikan warisan budaya dan pelestarian berbasis masyarakat,” ujar Mu'ti.
Indonesia pun mendukung mandat UNESCO dalam memperkuat komunikasi dan informasi, termasuk perlindungan bagi keselamatan jurnalis serta literasi digital di sekolah-sekolah.
“Pendidikan menerangi, sains memberdayakan, kebudayaan menyatukan, dan informasi memerdekakan umat manusia,” tandasnya.
Dari Samarkand, Pesan untuk Dunia
Abdul Mu'ti menutup pidatonya dengan refleksi tentang makna peradaban. Menurut dia, Samarkand menjadi pengingat bahwa peradaban tumbuh ketika manusia saling berbagi pengetahuan dan menghormati perbedaan. (Abdul Kohar/Laporan dari Samarkand/I-1)


















































