PEMERINTAH Kabupaten (Pemkab) Ciamis akan mengembangkan penyelenggaraan pertanian organik untuk komoditas pangan di Jawa Barat dan umumnya Indonesia.
Pengembangan pertanian organik sangat penting untuk memanfaatkn kotoran hewan dan sumber hijauan lain dijadikan kompos. Pengembangan pertanian organik sudah dikembangkan masyarakat sebelumnya membuat mikro organisme lokal (MOL) melalui kegiatan permentasi seperti yang dilakukan Gabungan Aksi Ciamis Cinta Organik Sejati (Gacoors).
Di Ciamis sudah terbentuk organisasi pegiat pupuk organik dan mempraktekan khusus padi sawah, mulai ada standar operasional prosedur (SOP) diinisiasi oleh beberapa kelompok petani.
Pemkab Ciamis menyusunan modul hingga learning management system, supaya masyarakat dapat mengetahui, belajar melalui sistem pembelajaran orang dewasa kritis butuh dilakukan pendampingan.
Sekretaris Daerah Kabupaten Ciamis, Andang Firman Triyadi mengatakan, dalam memperbaiki kualitas lingkungan khususnya lahan pertanian yang sudah lama melakukan pertanian konvensional sudah bertahun-tahun menggunakan pupuk, pestisida kimia, merusak media tanam, matinya musuh alami hama dan pangan tidak sehat.
"Di Kabupaten Ciamis sekarang ini sudah mulai mengembangkan beras organik dan lahan yang ada sudah mencapai di atas 40 hektare di beberapa wilayah yang dilakukan melalui Gabungan Aksi Ciamis Cinta Organik Sejati (Gacoors). Beras organik merupakan suatu kebanggaan bagi masyarakat dan ke depannya akan mendeklarasikan menjadi Kabupaten pertanian organik," katanya, Selasa (9/9).
Ia mengatakan, Pemerintah Kabupaten Ciamis tengah mempersiapkan sarana dan prasarana regulasi aturan untuk deklarasi wujudkan kabupaten pertanian organik. Langkah itu dilakukan secara bertahap supaya para petani dapat meningkatkan hasil produksi lebih baik.
Tanaman padi organik sangat penting bagi kesehatan. Para petani pun secara bertahap akan mengolah lahan agar lepas dari pupuk kimia.
"Kami akan kembangkan lahan pertanian, khususnya padi organik sebagai terobosan nyata guna meningkatkan kesejahteraan para petani dan membuka peluang petani milenial memanfaatkan pupuk kandang. Karena, pupuk kandang dapat menambah hasil produksi gabah ketika menghadapi masa panen tiba lantaran harga beras dijual di pasaran di angka Rp17 ribu per kg hingga Rp23 ribu per kg," ujarnya.
Menurut Andang, bisnis yang menjanjikan bagi pemerintah daerah menjamin beras yang dikonsumsi menambah protein tinggi, lebih sehat, tapi gagasan tersebut akan dilakukan bersama Diskominfo membuat pembelajaran manejemen sistem. Langkah yang dilakukan mulai dari membuat modul pembelajaran, pendampingan, pascapenjualan, dan pengimplementasian.
"Kita pastikan harus memetakan bahan organik, karena Kabupaten Ciamis sendiri salah satu Kabupaten yang mengekspor dan menyediakan ayam pedaging kedua di Indonesia. Karena, sekarang pola pikir masyarakat sudah berkembang menjadi penting dan masyarakat bisa mengakses pengetahuan maupun informasi agar menjadi sukses," paparnya.
Andang menjelaskan, untuk mengembangkan lahan sawah organik di wilayah Ciamis, pihaknya akan memetakan ketersediaan pupuk kandang (Kohe) yang menjadi salah satu media penghijauan.
"Lahan pertanian dengan memanfaatkan pupuk kandang memiliki rumpun padi 29 batang dan malah ada 60 hingga 90 batang dengan hasil produksi 9,5 ton per hektare. Sedangkan, pupuk kimia biasa memiliki rumpun padi 15-19 batang dan hasil produksi mencapai 6 ton per hektare, kami akan kerja sama melalui program strategis nasional dalam makan bergizi gratis (MBG) di sekolah termasuk sayuran," pungkasnya. (AD/E-4)