Ilustrasi, human trafficking.(Dok. MI)
LEBIH dari seratus warga negara Indonesia (WNI) dilaporkan melarikan diri dari perusahaan yang diduga menjalankan kegiatan penipuan online atau online scam di Kamboja. Para WNI tersebut saat ini dinyatakan sudah dalam perlindungan pihak KBRI di sana.
Firman, orangtua dari salah satu korban online scam di Kamboja yang berasal dari Bogor, menyatakan meyakini anaknya menjadi korban penipuan sindikat yang menawarkan pekerjaan di luar negeri. Saat ini anaknya sudah dalam perlindungan KBRI Phnom Penh, tetapi masih tetap mendapatkan teror dari sindikat melalui Whatsapp.
Firman mengatakan sampai saat ini masih menunggu proses pemulangan anaknya dari Kamboja untuk kembali ke İndonesia oleh pihak KBRI.
“Sementara hanya WA. Tapi kalau lihat orang yang tak di kenal dia trauma. Jadi waspada,” kata Firman saat dihubungi pada Sabtu (25/10).
Dari bukti tangkapan layar yang diperlihatkan Firman, dari anaknya tertulis lewat pesan WhatsApp dengan nomor yang tidak dikenali. “B*****n, sampe indo gak bakal idup tenang lu setan.” teror kedua, “Lu dimana, lu mau balik atau gua kejar sampe indo? Balik gak lu ke Mess.”
Pesan teror itu diperlihatkan ke Firman ketika anaknya telah berhasil melarikan diri dari lokasi para sindikat yang mengeksploitasi WNI yang dipekerjakan secara paksa untuk penipuan online.
“Disandera dan dijadikan pekerja paksa untuk penipuan online. Sampai akhirnya bisa kabur punya rencana kabur, karena dia ditugaskan pesan makan online dan jemput makanan di depan ruko, Selasa (21/10/2025) pukul 20.00 waktu setempat,” ungkap dia.
“Seperti biasa anak saya pesan makan online berdua dengan teman yang senasib. Makan datang kabur jam 05.00 an pagi baru bisa pesan grab mobil untuk kabur berangkat 19.00 jam menuju KBRI. Akhirnya sampai di KBRI,” terangnya.
Dari kejadian ini, Firman mengaku tidak menyangka anaknya menjadi korban eksploitasi. Ia mengatakan sejak awal anaknya diajak teman SD untuk bekerja di Singapura dengan segala urusan paspor yang telah diurus.
Bahkan, lanjut Firman, awalnya tidak memiliki kecurigaan, karena selama satu bulan di Singapura bekerja benar di sebuah perusahaan. Namun tiba-tiba komunikasi dengan Firman terputus pada Jumat (17/10).
“Di Singapura ditawari kerja di perkantoran. Sampai sana iya benar kerja di perkantoran sebagai customer service,” terangnya.
Firman mengatakan semua berubah ketika korban diajak oleh temannya untuk pergi naik pesawat. Sampai akhirnya, dia tersadar tiba di Kamboja yang selang satu hari langsung di culik di depan toko roti hingga dibawa secara paksa ke perbatasan Kamboja - Vietnam di kota Bavet.
“Anak saya belum sadar sampai dia sampai di sebuah toko dan besoknya dia diculik di depan toko itu dan disandera dan dijadikan pekerja paksa untuk penipuan online,” tutur dia.
Atas kejadian yang menimpa anaknya, Firman berharap KBRI bisa segera membantu pemulangan anaknya. Karena meski telah ada di bawah perlindungan, nasib anaknya masih sangat riskan dengan teror yang dilayangkan para sindikat.
Terlebih, Firman mengaku sangat keterbatasan biaya untuk memenuhi kebutuhan anaknya selama di Kamboja. Ia mengatakan anaknya masih membutuhkan biaya untuk penginapan hotel yang ternyata tidak ditanggung pihak KBRI. (H-3)


















































