Jejak cakar di terowongan yang membantu para ilmuwan menyimpulkan bahwa terowongan tersebut dibuat oleh megafauna.(Heinrich Theodore Frank)
BEBERAPA wilayah di Brasil dan Argentina, para peneliti menemukan serangkaian terowongan bawah tanah. Ukurannya luar biasa, ada yang mencapai panjang lebih dari 600 meter dengan tinggi sekitar 1,8 meter.
Awal mula yang menarik perhatian terhadap fenomena ini terjadi pada 2009, ketika seorang petani di Brasil selatan mendapati traktornya terperosok ke dalam tanah kering. Tanpa sengaja, ia menghancurkan bagian atas rongga besar di bawah tanah.
Saat diteliti lebih lanjut, tinggi terowongan itu berukuran hampir 2 meter, lebar hampir 2 meter, dan panjang sekitar 15 meter. Yang mengejutkan, pada dindingnya tampak bekas cakaran yang dalam, yang menandakan bukan buatan manusia.
Siapa yang membuat teowongan tersebut
Penemuan ini menjadi misteri besar bagi ilmu paleontologi. Peneliti menyimpulkan bahwa "struktur tersebut merupakan hasil kerja megafauna purba, khususnya kukang tanah raksasa dan armadillo raksasa, yang hidup lebih dari 10.000 tahun silam," kata Luiz Carlos Weinschutz, seorang ahli geologi.
Kukang purba tersebut dijuluki “hamster sebesar gajah” karena ukurannya bisa mencapai 4 meter. Mereka berjalan dengan empat kaki, namun ada pula yang mampu berdiri tegak. Sedangkan armadillo berukuran sebanding dengan mobil. Hewan-hewan ini diyakini menggali lorong raksasa yang menembus batuan keras ribuan tahun lalu.
Pada 2015, ditemukan terowongan sepanjang 100 meter di wilayah Rondonia, memperkuat bukti bahwa lorong tersebut benar-benar buatan megafauna. Di kawasan Geopark Jalur Ngarai Selatan, Santa Catarina dan Rio Grande do Sul, para peneliti menemukan lagi terowongan setinggi 2 meter dengan dinding halus yang terbentuk akibat gesekan tubuh berbulu kukang raksasa.
"Siapapun yang masuk ke dalam lorong ini akan langsung menyadari bahwa itu bukan buatan manusia," ungkap Heinrich Theodor Frank, ahli geologi yang juga meneliti paleoburrow.
Terowongan di Brasil
Dalam kurun waktu 15 tahun terakhir, tercatat ada lebih dari 1.500 terowongan purba di Brasil bagian selatan dan tenggara. Ini menjadikan kawasan tersebut sebagai pusat terbesar “liang megafauna” di seluruh dunia.
Di Minas Gerais misalnya, ada sebuah lorong sepanjang 340 meter serta enam terowongan yang bermuara ke sebuah ruang besar berdiameter 10 meter dengan tinggi 4 meter. Lokasi ini kini masuk dalam kawasan yang dilindungi demi mencegah kerusakan akibat ulah manusia.
Meskipun megafauna pernah menghuni seluruh daratan Amerika, lorong serupa belum pernah ditemukan di Amerika Utara. Perdebatan pun muncul, sebagian ahli menduga hal ini hanya karena penelitian di Brasil lebih intensif. Sementara itu, teori lain menyatakan kondisi iklim purba yang lebih dingin dan kering di Brasil membuat hewan-hewan tersebut melakukan kebiasaan menggali yang berbeda.
Cerita Rakyat tentang Terowongan
Sebelum ilmu pengetahuan mengungkap asal-usulnya, masyarakat setempat percaya bahwa lorong-lorong tersebut dibuat oleh peradaban kuno. Beberapa di antaranya memang memiliki seni cadas, seperti di Toca do Tatu (Santa Catarina), yang menampilkan ukiran berbentuk matahari dan gunung, meski hingga kini sulit dipastikan umur ukiran tersebut.
Suku Kaingang juga memiliki legenda bahwa nenek moyang mereka menggali jalan melalui pegunungan untuk selamat dari banjir besar. Bahkan dalam cerita anak-anak, armadillo sering digambarkan sebagai penggali lubang raksasa yang penuh makanan.
Ada pula keyakinan bahwa lorong tersebut menyimpan harta karun peninggalan Jesuit. Hal ini mendorong pencari harta menggali sembarangan dan justru merusak bukti arkeologi penting.
Bukti jejak cakar megafauna
Setelah melalui penelitian panjang, ilmuwan sepakat jejak cakar pada dinding terowongan menjadi kunci identifikasi. Hanya kukang tanah raksasa dan armadillo raksasa yang memiliki kekuatan untuk membuat struktur sebesar itu. Fosil-fosil lain, seperti milik kuda purba atau harimau bertaring panjang, tidak menunjukkan perilaku serupa.
Weinschutz kini melakukan pemetaan 3D pada terowongan untuk mengetahui metode penggaliannya, sekaligus berharap dapat menemukan sisa-sisa bulu hewan purba. Penelitian masih berlangsung dan diharapkan dapat mengungkap lebih dalam tentang pembuatan terowongan tersebut.
Fungsi terowongan bagi hewan purba
Para peneliti memperkirakan terowongan digunakan sebagai tempat merawat anak, menjaga kestabilan suhu tubuh, atau bahkan hibernasi. Proses pembuatannya diyakini berlangsung ratusan tahun, di mana setiap generasi hewan menambah sedikit demi sedikit hingga akhirnya terbentuk gua besar. Hal ini menunjukkan bahwa mereka mungkin hidup dalam kelompok sosial.
Kekuatan megafauna ini sungguh luar biasa. Dengan lengan mereka sanggup menembus sedimen keras dan batuan yang bahkan sulit dihancurkan dengan peralatan manusia. Fosil kerangka kukang raksasa yang tersimpan di Museum Ilmu Bumi Rio de Janeiro membuktikan besarnya ukuran hewan ini, termasuk tengkorak sebesar kepala kuda dan cakar melengkung yang sangat besar.
Sumber: bbc.com


















































