BRIN Sebut Ketersediaan Air di IKN dan Sekitarnya hanya Mencapai 0,5 Persen

1 month ago 24
BRIN Sebut Ketersediaan Air di IKN dan Sekitarnya hanya Mencapai 0,5 Persen Foto udara suasana dari Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) di Ibu Kota Nusantara (IKN).(Dok. Antara)

PENELITI Utama Ahli Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laras Toersilowati, menyatakan bahwa ketersediaan air di wilayah Ibu Kota Nusantara (IKN) dan sekitarnya hanya mencapai 0,5 persen. Hal ini didapatkan dari penelitian dia lakukan sejak 2022.

“Dari hasil penelitian ini kami simpulkan setelah menghitung peta ketersediaan air, ternyata di IKN dan sekitarnya lahan yang ketersediaan air tinggi hanya 0,5 persen dari keseluruhan wilayah studi. Kemudian air yang tersimpan vegetasi 20 persen dan non air sebanyak 79 persen,” ungkapnya dalam acara Media Lounge Discussion BRIN bertajuk Menakar Masa Depan Air di IKN, Kamis (2/10).

Lebih lanjut, terakhir kali dirinya berkunjung ke IKN, air yang terlihat dikatakan hanya sedikit dan seperti ada danau buatan yang dibangun untuk mengatasi permasalahan kekurangan air ini.

“Jadi untuk mengatasi kekurangan air akan dibuat danau buatan dengan penyulingan air laut kalau enggak salah. Jadi sebetulnya sudah tau bahwa air di sana itu memang sedikit untuk kehidupan manusia secara normal untuk minum, mandi, dan kehidupan sehari-hari. Makanya akan dibuat danau buatan dan memang waktu saya ke sana terakhir pada 2025 sudah ada danau buatannya. Cuma airnya yang masih sedikit banget,” kata Laras.

Dia menekankan bahwa untuk memperbanyak air di IKN, harus ada ahli hidrologi untuk merancang pembuatan embung agar dapat menampung air.

“Selain itu, dengan menghabiskan hutan, seharusnya dikonversi lagi dan menanam yang lebih banyak lagi dengan tanaman-tanaman. Kalau saya mengusulkan sih hutan kota. Jadi di dalam IKN itu harus ada taman yang banyak karena itu akan menyimpan air hujan sebetulnya. Mungkin belum sampai ke sana karena terakhir saya ke sana itu masih sangat gersang dan panas serta sangat sangat tidak nyaman. Jadi itu yang saya rasakan secara pribadi. Jadi masih banyak pekerjaan rumah agar dapat menjadi tempat yang ditinggali karena air masih sangat terbatas,” tuturnya.

Pemindahan ibu kota baru juga jelas akan meningkatkan dan mengubah aktivitas pemanfaatan lahan, baik berupa pembangunan gedung, atau tutupan vegetasi juga jelas akan berubah.

“Demikian juga aktivitas manusia sehari-hari yang akan berdampak tentunya pada ketersediaan air di masa mendatang,” ujar Laras.

Pembangunan infrastruktur IKN juga diperkirakan berpotensi menimbulkan dampak lingkungan, antara lain terganggunya aneka ragaman hayati, berkurangnya cadangan karbon hutan, berkurangnya ketersediaan air, serta menimbulkan masalah pencemaran, limbah, kebisingan, dan sistem drainase.

“Penelitian yang kami lakukan bertujuan untuk memprediksi ketersediaan air di IKN dan sekitarnya. Jadi apa yang kita lihat bukan hanya di IKN tapi juga daerah penyangga disekitarnya termasuk Balikpapan dan Samarinda,” tuturnya.

Penelitian ini menggunakan jaringan saraf tiruan (JST) atau artificial neural network (ANN) dan indeks spektral sebagai prediktornya. Penelitian ini juga menggunakan citra Sentinel-2A dari tahun 2022 dan dianalisis langsung dari Google Earth Engine (GEE) untuk menghitung tiga indeks spektral yaitu indeks air permukaan tanah (LSWI), indeks vegetasi perbedaan ternormalisasi (NDVI), dan indeks air perbedaan ternormalisasi (NDWI).

Dalam kesempatan itu, dia menegaskan bahwa air memiliki keterkaitan dengan curah hujan. Di Indonesia ada tiga tipe iklim yaitu monsoonal, equatorial, dan local. Monsoonal mempunyai satu lembah dan satu puncak, equatorial memiliki dua lembah dan dua puncak, dan local kebalikan dari monsoonal.

“Kalimantan timur itu dia masuk sama dengan di Jawa yaitu monsoonal yang mempunyai satu puncak hujan di bulan Oktober. Kalau kita lihat di Kalimantan curah hujannya 100-200 milimeter per bulan sebetulnya cukup untuk curah hujannya. Namun karena lahan di sana gambut jadi air tidak tersimpan dengan baik dan hanya lewat begitu saja. Makanya banyak daerah yang kering di sana,” pungkasnya. (H-3)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |