Beri Tips Memasak MBG, Sultan: Sayur jangan Dimasak Duluan

3 months ago 40
 Sayur jangan Dimasak Duluan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X(ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah)

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menyebut, pentingnya memperhatikan cara memasak, waktu memasak, hingga kapasitas produksi penyedia katering yang menyediakan makan bergizi gratis (MBG).

Sri Sultan mengingatkan, sayur yang dimasak dini hari dan baru dikonsumsi saat jam sekolah berisiko basi. 

"Masaknya jam setengah dua pagi, dimakan jam delapan atau jam sepuluh saja sudah mesti wayu (basi). Udah. Itu airnya, di sendok begini sudah mulur itu. Udah itu pasti (basi). Ya, kan? Saya itu di rumah juga sering masak, jadi tahu," terang Sri Sultan saat menghadiri acara Launching Gerakan Pangan Murah pada Jumat (26/9) di Kantor DPKP DIY, Yogyakarta.

SPPG, kata Sri Sultan, bisa mencontoh pengalaman dapur umum kala terjadi bencana di Yogyakarta, seperti Gempa 2006 maupun erupsi Gunung Merapi. Menurutnya, pengaturan waktu memasak menjadi kunci agar makanan tidak cepat basi. Dari situ tidak ditemukan adanya kasus keracunan makanan karena sistem pengelolaan dan menejemen yang baik.

“Setengah dua jangan masak sayur, tapi sudah pagi baru masak sayur, toh juga dimakan jam 10. Yang lain kira-kira digoreng dan sebagainya, itu didahulukan, sayurnya di belakang, jangan yang di muka. Jangan setengah dua, karena pasti wayu (Basi),” pesan Sri Sultan.

Sri Sultan juga mengatakan, daging juga perlu dimasak dengan cara yang tepat agar tidak membahayakan kesehatan. Daging dimasak hingga benar-benar matang agar tidak akan menimbulkan masalah. 

Namun, bila hanya dimasak setengah matang lalu baru dipanaskan kembali keesokan paginya, daging yang awalnya masih berwarna merah bisa berubah kebiruan dan berisiko menyebabkan keracunan.

“Itu (daging) kalau pasti dimakan, dia pasti keracunan. Itu yang perlu diperhatikan. Jadi korban tidak akan berkurang selama pola masaknya tidak berubah,” ungkap Sri Sultan.

Sri Sultan menyebut, perlu adanya pengawasan yang ketat, serta perbaikan pola menejemen pengolahan pangan. Selain sudah pasti, kebersihan, pemilihan bahan, serta berbagai faktor pendukung lainnya yang juga perlu diperketat.

“Makanan bergizi dan sehat bagi anak-anak kita betul-betul dipertimbangkan masaknya, waktunya, dan tenaganya,” terang Sri Sultan.

Sri Sultan menekankan pentingnya menyesuaikan kapasitas penyedia makanan dengan kemampuan sebenarnya. Ia mencontohkan, jika sebuah katering hanya mampu menyiapkan 50 porsi per hari, maka tidak mungkin dipaksa untuk menyediakan hingga 100 porsi. 

Hal itu, menurutnya, justru berisiko menurunkan kualitas makanan.

“Dilihat kapasitas berapa dia setiap hari membuat paket, ya. Kalau paketnya itu hanya 50 porsi, disuruh 100 porsi. Enggak bisa itu,” tegas Sultan.

Sri Sultan juga meminta bupati dan wali kota untuk memperketat pengawasan terhadap pihak yang ditunjuk dalam penyediaan makanan MBG, baik melalui katering, sekolah, maupun pihak lain. Pengelolaan MBG melibatkan lebih banyak unsur sehingga diperlukan kehati-hatian agar penyediaan makanan tetap terjamin kualitas dan keamanannya. (AT/P-1)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |