
DARI 127 gunung api di Indonesia, 1 di antaranya berstatus Awas, yakni Gunung Lewotobi Laki-laki di Nusa Tenggara Timur. Sebanyak 3 lainnya berstatus Siaga, yakni Lokon di Sulawesi Utara, Ile Lewotolok di Nusa Tenggara Timur dan Merapi di DI Yogyakarta.
"Sebanyak 20 gunung lainnya berstatus Waspada dan 45 dalam kondisi Normal," ungkap Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, di Bandung, Selasa (23/9).
Gunung Lewotobi Laki-laki sudah beberapa kali erupsi pada 2025 ini. Terakhir, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menetapkan Status Awas sejak 19 September lalu.
"Kami merekomendasikan masyarakat dan wisatawan tidak melakukan aktivitas dalam radius 6 kilometer dan sektoral barat daya - timur laut 7 km dari pusat erupsi. Warga diminta tetap tenang dan mengikuti arahan dari pemerintah daerah," tambahnya.
Wafid menambahkan potensi bencana geologi di Indonesia tidak hanya terbatas pada keberadaan gunung api. Selain gunung api, ada 8 jenis bencana geologi lainnya, d antaranya gerakan tanah, tsunami, gempa bumi, likuifaksi, semburan gas dan lumpur, abrasi, akrasi dan longsoran bawah laut.
Terkait ancaman gunung api, ada 5 juta warga yang berdiam di kawasan rawan bencana. Sebelum 1980, sudah tercatat 200 ribu warga meninggal dunia dan sejak 1998 hingga sekarang sudah ada 450 jiwa yang meninggal dunia.
Sementara akibat bencana geologi, sudah 750 ribu jiwa yang mengungsi. Total warga yang berpotensi terdampak bisa mencapai 150 juta jiwa.
"Indonesia juga memiliki 7.000 kilometer jalur subduksi dan 3.000 kilometer jalur sesar aktif," tambahnya.
Terkait ancaman tsunami, sebanyak 5 juta warga Indonesia sudah terpapar bencana itu. Ancaman ada di sepanjang pantai di Indonesia yng panjangnya mencapai 99 ribu kilometer atau terpanjang kedua setelah Kanada.
Dari sisi kejadian gerakan tanah, Badan Geologi mencatat dalam 5 tahun terakhir terjadi 1.300 kali. Di Indonesia, 60% kawasan termasuk wilayah rawan gerakan tanah.
"Ada 41 juta jiwa yang tinggal di kawasan rawan bencana gerakan tanah. Kami mencatat sebanyak 200 orang meninggal dunia per tahun akibt bencana ini, 4.000-an bangunan rusak per tahun dan 400 hektare pertanian rusak per tahun," tandas Wafid.