Belajar Hidup dari Dapur: Saat Anak Menemukan Rasa Percaya Diri Lewat Baking

1 month ago 26
 Saat Anak Menemukan Rasa Percaya Diri Lewat Baking Ilustrasi(freepik)

DI balik tepung yang berhamburan di lantai dapur dan adonan kue yang tersebar ke meja, tersimpan sebuah pelajaran berharga. Baking bukan sekadar tentang resep atau rasa, melainkan tentang membangun kemandirian, kesabaran, dan kebersamaan antara anak dan orang tua.

Banyak keluarga kini mulai melihat dapur bukan hanya sebagai tempat memasak, tetapi juga sebagai ruang belajar. Mengajak anak untuk ikut memanggang roti, muffin, atau kue ulang tahun sederhana ternyata bisa memberikan pengalaman hidup yang mendalam. Di sela-sela tawa, tepung yang menempel di pipi, atau momen menunggu roti mengembang di dalam oven, anak belajar proses sering kali sama pentingnya dengan hasil akhir.

Alih-alih sekadar mengajarkan pecahan matematika saat menakar bahan, baking justru membantu anak memahami arti memberi sesuatu yang dibuat dengan tangannya sendiri. Dari mengocok telur hingga menunggu adonan mengembang, anak-anak belajar bahwa sesuatu yang bernilai tidak datang secara instan.

Rasa Percaya Diri

Jessica Battilana, seorang penulis kuliner, menyebut aktivitas seperti baking mampu menumbuhkan rasa percaya diri sejak dini. Anak yang terbiasa berlatih di dapur cenderung lebih berani mencoba hal baru dan tidak takut gagal. 

Tidak seperti orang dewasa yang sering terjebak pada perfeksionisme, anak-anak lebih fleksibel. Mereka tahu tidak semua percobaan akan langsung berhasil, dan itu tidak membuat mereka berhenti mencoba.

Namun, ada satu tantangan besar yang dihadapi orangtua, berani melepaskan sedikit kendali. Membiarkan anak membuat dapur berantakan adalah bagian dari proses belajar. Justru dari kekacauan itu anak belajar tanggung jawab, termasuk ketika diajak membersihkan bersama setelah selesai. Orangtua perlu “menyerah” pada keinginan mengatur segala sesuatunya agar sempurna, dan menggantinya dengan kepercayaan bahwa anak mampu menemukan jalannya sendiri.

Ikatan Orangtua dan Anak

Lebih dari sekadar aktivitas, baking juga menjadi waktu berharga untuk membangun ikatan. Saat orangtua mau turun tangan, mengenakan celemek, dan berbagi sendok pengaduk, anak akan merasa memiliki teman seperjalanan. Dari sinilah lahir kepercayaan diri, rasa cinta, dan kebersamaan yang mungkin tidak tercapai lewat kegiatan lain.

Di antara harum kue yang baru matang, anak-anak menemukan sesuatu yang lebih manis, pengalaman mereka tidak pernah sendirian dalam perjalanannya, karena ada orangtuanya yang siap menjadi rekan dalam setiap percobaan, keberhasilan, maupun kegagalan. Lebih dari sekadar roti atau kue yang tersaji di meja, dapur menjadi tempat di mana kenangan indah tercipta, sebuah ruang kecil di rumah yang mengajarkan anak tentang arti kesabaran, keberanian, dan kebersamaan. (parents/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |