
BALI resmi berstatus tanggap darurat bencana menyusul banjir yang melanda Denpasar, Jembrana, Badung, dan Gianyar sejak Rabu (10/9) dini hari. Keputusan ini ditegaskan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto usai rapat bersama Gubernur Bali di Denpasar, Rabu (10/9) malam.
“Pak Gubernur malam ini sudah tanda tangan, tadi kami diskusi semula tanggap darurat bencana itu akan ditetapkan dua minggu tetapi karena sifat bencananya ternyata tidak terlalu besar maka akan diralat menjadi cukup satu minggu,” kata Suharyanto dikutip Antara, Rabu (10/9).
Ia menekankan, penetapan status darurat tidak perlu membuat masyarakat panik. Status ini lebih bersifat administratif agar pemerintah pusat bisa lebih cepat menyalurkan bantuan dan bekerja sama dengan pemerintah daerah.
“Kalau menetapkan status darurat seolah-olah tidak mampu, darurat ini tidak ada kaitannya dengan kemampuan penanganan seorang pemimpin, karena terkait bencana tidak ada pemimpin sehebat apapun bisa menangani sendirian, darurat ini supaya kita berkolaborasi, pemerintah pusat juga bisa memberikan bantuan,” kata dia.
Pada tahap awal, BNPB menyalurkan logistik senilai lebih dari Rp1 miliar. Bantuan itu berupa satu perahu karet dan mesin, 300 paket sembako, 200 selimut, 200 matras, tiga unit pompa alkon 2HP, dua tenda pengungsi, serta 50 tenda keluarga.
“Tahap awal tadi itu kalau diuangkan Rp1 miliar lebih ditambah genset, pompa, sekitar Rp5 milyar, itu akan berkembang, besok ke tempat pengungsi mungkin butuh lagi bajunya, pakaian dalamnya, intinya semua kebutuhan masyarakat terdampak kami akan lengkapi ya,” ujar Suharyanto.
Dampak Bencana
BNPB mencatat, hingga malam ini sembilan orang meninggal dunia dan enam orang masih hilang. Tim SAR akan terus melakukan pencarian selama 6x24 jam.
Selain korban jiwa, banjir juga merusak infrastruktur. Beberapa jalan dilaporkan longsor, dan jembatan mengalami kerusakan. Pemerintah pusat dan daerah telah sepakat membagi tugas perbaikan mulai malam ini.
Menurut Suharyanto, banjir kali ini dipicu curah hujan ekstrem akibat fenomena gelombang ekuatorial Rossby.
“Kemudian infrastruktur yang lain ada jalan longsor, jembatan rusak, tetapi tadi kami sepakat mulai hari ini dan seterusnya itu akan di perbaiki, malam ini (dibagi) mana yang akan diperbaiki pemerintah daerah mana yang diperbaiki pemerintah pusat,” kata dia. (P-4)