Ilustrasi(Freepik)
Tekanan darah tinggi (hipertensi) dan diabetes merupakan dua kondisi kesehatan yang sering terjadi bersamaan. Kedua penyakit ini termasuk dalam sindrom metabolik dan memiliki sejumlah faktor risiko yang serupa. Seperti gaya hidup sedentari, obesitas, serta pola makan tinggi kalori.
Kadar gula darah yang tinggi pada penderita diabetes juga dapat merusak sel-sel dalam sistem kardiovaskular. Sehingga meningkatkan risiko hipertensi.
Apa Itu Hipertensi?
Menurut American Heart Association (AHA), sebagian besar orang dengan hipertensi tidak mengalami gejala. Biasanya, hipertensi baru diketahui melalui pemeriksaan tekanan darah rutin.
Tekanan darah terdiri dari dua angka, yakni sistolik, yang menunjukkan tekanan maksimum jantung saat berkontraksi. Serta diastolik, yang menunjukkan tekanan dalam arteri di antara detak jantung.
Tekanan darah dikategorikan mulai dari normal, meningkat, hipertensi tahap 1 dan 2. Hingga krisis hipertensi yang merupakan kondisi darurat medis.
Apa Itu Diabetes?
Sementara itu, American Diabetes Association (ADA) menjelaskan bahwa tidak semua penderita diabetes mengalami gejala. Namun, gejala yang mungkin muncul termasuk rasa haus dan lapar berlebihan, sering buang air kecil, kelelahan, penglihatan kabur, serta penyembuhan luka yang lambat.
Penderita diabetes juga lebih rentan terhadap infeksi, seperti infeksi saluran kemih, kandidiasis, dan infeksi saluran pernapasan atas. Diagnosis dapat dilakukan melalui tes glukosa puasa atau tes glukosa setelah mengonsumsi minuman manis.
Diabetes dibagi menjadi tiga jenis utama: tipe 1, tipe 2, dan gestasional. Diabetes tipe 1 merupakan gangguan autoimun yang menyerang sel pankreas. Sedangkan tipe 2 terjadi akibat resistensi insulin, sehingga tubuh tidak dapat memproses glukosa secara efektif.
Sementara itu, diabetes gestasional hanya terjadi pada kehamilan. Namun, sekitar 50% perempuan dengan kondisi ini berisiko mengembangkan diabetes tipe 2 di kemudian hari.
Hubungan Diabetes dan Hipertensi
Hubungan antara diabetes dan hipertensi cukup erat. Penderita diabetes memiliki risiko lebih tinggi mengalami hipertensi. Sementara orang dengan hipertensi biasanya memiliki resistensi insulin dan berisiko mengembangkan diabetes.
Kombinasi kedua penyakit ini meningkatkan kemungkinan komplikasi serius, termasuk penyakit jantung, gagal ginjal, stroke, dan gangguan mata.
Pencegahan dan Pengobatan
Ahli kesehatan menekankan pentingnya pencegahan melalui perubahan gaya hidup. Menjaga berat badan ideal, rutin berolahraga, menerapkan pola makan sehat, membatasi konsumsi alkohol, dan berhenti merokok dapat menurunkan risiko kedua penyakit.
Selain itu, pengobatan medis juga diperlukan untuk mengontrol kadar gula darah dan tekanan darah. Obat yang dapat digunakan untuk mengatasi diabetes dapat berupa insulin atau obat non-insulin.
Sedangkan hipertensi dapat dikontrol dengan ACE inhibitor, beta-blocker, diuretik, dan obat lain sesuai kebutuhan.
Pentingnya Deteksi Dini
Untuk menangani dua penyakit tersebut, deteksi dini menjadi kunci yang tepat. Termasuk untuk mencegah komplikasi serius yang bisa datang kapan saja. Pemeriksaan rutin serta konsultasi dengan tenaga medis juga dapat membantu memastikan tekanan darah dan kadar gula darah tetap dalam batas aman. Sehingga kualitas hidup penderita dapat terjaga.
Sumber: Medical News Today


















































