Presiden Direktur AFI, Niharika Yadav.(MI/Muhammad Ghifari A)
INDUSTRI asuransi jiwa di Indonesia menunjukkan adanya pergeseran minat masyarakat menuju produk tradisional. Berdasarkan data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), premi asuransi jiwa tradisional pada semester I-2025 masih menjadi kontributor terbesar, yakni 63,01 persen dari total industri dengan nilai Rp87,6 triliun.
Fenomena ini terjadi di tengah situasi ekonomi global yang penuh ketidakpastian, mulai dari perlambatan ekonomi hingga ketegangan geopolitik. Meski demikian, AXA Group secara global maupun PT AXA Financial Indonesia (AFI) tetap melaporkan kinerja positif.
Presiden Direktur AFI, Niharika Yadav, mengatakan kinerja keuangan perusahaan menunjukkan ketahanan di tengah tantangan. “AXA Group mencatat pertumbuhan pendapatan 7% dengan tingkat solvabilitas 200-250%. Sementara di Indonesia, AFI membukukan pertumbuhan premi bruto (GWP) lebih dari 8% pada semester pertama tahun ini, melampaui rata-rata industri yang hanya sekitar 3-4%,” ujarnya di Jakarta Pusat (1/10).
Yadav menambahkan, AFI juga berhasil kembali mencatat laba setelah sempat mengalami tekanan pada tahun sebelumnya. “Selama enam bulan pertama 2025, kami membukukan keuntungan Rp22 miliar, meskipun di periode yang sama perusahaan tetap membayarkan klaim kepada nasabah hampir Rp400 miliar,” kata dia.
Selain faktor kinerja, AFI juga melihat adanya perubahan preferensi nasabah. Selama beberapa tahun terakhir, masyarakat cenderung memilih produk asuransi tradisional yang menawarkan kepastian manfaat dibandingkan unit link yang bergantung pada kinerja pasar modal.
“Produk dengan jaminan, premi lebih rendah, serta cakupan perlindungan lebih luas kini lebih diminati. Banyak nasabah tidak ingin lagi terlalu terpapar risiko pasar,” jelas Yadav. (Z-10)


















































