Ariel, Bulan Es Uranus yang Diduga Pernah Menyimpan Samudra Tersembunyi

1 month ago 28
Ariel, Bulan Es Uranus yang Diduga Pernah Menyimpan Samudra Tersembunyi Ariel bulan es Uranus(Doc Space)

PARA peneliti menemukan bahwa Ariel, salah satu bulan es Uranus, kemungkinan pernah menyembunyikan samudra luas dengan kedalaman lebih dari 170 kilometer, di bawah kerak esnya. Temuan ini menambah daftar bukti bahwa satelit-satelit Uranus mungkin pada masa lalu adalah dunia berair.

Dengan diameter sekitar 1.159 kilometer, Ariel memang lebih kecil dibandingkan sejumlah bulan besar Jupiter dan Saturnus. Namun, permukaannya sangat terang dan kompleks, memperlihatkan kombinasi kawah purba dengan dataran yang lebih muda dan halus. Para ilmuwan menduga dataran tersebut terbentuk oleh cryovolcanism proses vulkanisme yang terjadi di benda langit beku.

“Ariel cukup unik di antara bulan es lainnya,” kata Alex Patthoff, ilmuwan senior di Planetary Science Institute di Arizona. Dalam studi yang dipimpin Caleb Strom dari Universitas North Dakota, tim peneliti mencoba merekonstruksi struktur dalam Ariel di masa lampau serta menilai tingkat eksentrisitas orbitnya, yaitu seberapa jauh orbit Ariel pernah menyimpang dari lingkaran sempurna. 

Tujuannya adalah menjelaskan fenomena geologis dramatis yang tampak pada permukaannya saat ini. Tim memodelkan bagaimana tarikan gravitasi Uranus secara periodik meregangkan dan menekan Ariel, sehingga mampu memecah, mengubah, bahkan membentuk ulang kerak esnya. 

Dari hasil simulasi, diketahui bahwa orbit Ariel pernah memiliki eksentrisitas sekitar 0,04, sekitar 40 kali lebih besar daripada kondisi orbitnya sekarang. Perbandingan ini menunjukkan orbitnya jauh lebih eksentrik daripada Europa, bulan Jupiter yang terkenal memiliki permukaan retak dan masih aktif secara geologis.

Menurut analisis, pola retakan dan punggungan besar di Ariel hanya dapat dijelaskan apabila kerak esnya melengkung di atas lapisan cair. Dengan kata lain, Ariel bisa saja pernah memiliki samudra besar di bawah es tipis, atau lautan lebih kecil tetapi didukung gaya pasang surut orbit yang lebih kuat. Dalam kedua skenario, keberadaan lautan adalah faktor penting untuk menjelaskan kondisi permukaan saat ini.

Penelitian ini memperluas temuan tahun 2024 oleh tim yang sama, yang sebelumnya mendeteksi bukti lautan bawah permukaan purba di Miranda, bulan Uranus lainnya. Fakta ini menguatkan dugaan bahwa Uranus kemungkinan memiliki beberapa satelit dengan lautan tersembunyi. “Kami menemukan bukti bahwa sistem Uranus mungkin memiliki dunia samudra kembar,” kata Tom Nordheim dari Johns Hopkins University.

Lautan bawah es sangat penting karena dianggap sebagai lingkungan potensial bagi kehidupan. Air cair menyediakan bahan kimia dasar untuk proses biologis. Sementara energi untuk menopang sistem tersebut dapat datang dari pemanasan pasang surut atau peluruhan radioaktif, bahkan pada jarak jauh dari Matahari.

Namun, masih banyak pertanyaan yang belum terjawab, kapan tepatnya lautan Ariel terbentuk, berapa lama ia bertahan, dan apakah masih ada hingga kini. Meski begitu, studi ini memberikan gambaran baru mengenai evolusi lautan di tata surya bagian luar.

Selain itu, temuan ini juga memperkuat seruan untuk meluncurkan misi khusus ke Uranus. Rencana yang saat ini diprioritaskan adalah proyek Uranus Orbiter and Probe, misi unggulan NASA yang direkomendasikan dalam survei dekade ilmu planet akademi nasional pada 2023–2032. 

Jika terwujud, wahana tersebut akan mengorbit Uranus selama setidaknya lima tahun, menurunkan probe ke atmosfernya, serta meneliti cincin dan satelit-satelitnya secara rinci. Walaupun pendanaan dari Kongres masih belum turun, para ilmuwan berpendapat bahwa misi ini bisa menjawab misteri besar, seperti penyebab kemiringan ekstrem Uranus, dinamika sistem cincinnya, serta potensi adanya bulan dengan lautan tersembunyi. 

Seperti misi Cassini yang pernah mengubah pemahaman manusia tentang Saturnus, sebuah ekspedisi ke Uranus dapat memberikan terobosan serupa. Hingga kini, wahana antariksa hanya sempat memotret bagian belahan selatan Ariel dan Miranda. 

Dengan model yang disusun, para ilmuwan berharap dapat memprediksi apa yang mungkin ditemui di wilayah utara yang belum dieksplorasi, seperti retakan tambahan, punggungan, dan area yang pernah mengalami aktivitas permukaan. Seperti disampaikan Nordheim, “pada akhirnya kita hanya perlu kembali ke sistem Uranus untuk melihat langsung dan mengungkap misterinya.”

Sumber: space.com

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |