
SEBUAH karya yang lahir dari pengalaman pribadinya dalam menjalani peran sebagai seorang bapak. Arda Hatna menulis sendiri lagunya untuk mengajak sebuah perenungan bahwa banyak orang yang masih menganggap bapak itu "hanya pencari nafkah", bukan sosok yang hadir secara emosional atau lebih sering dianggap sebagai "figur diam".
Isu fatherless menggema di negeri ini. Jadi bapak bukan cuma soal memenuhi kebutuhan materi, tapi juga hadir, mendengar, dan ikut tumbuh bersama anak serta keluarga. POV liriknya yang bikin para pendengar spontan merespon "Duh iya lagi iya lagi".
Musiknya yang diaransemen hangat dengan sentuhan folk merancang sebuah karya magis yang akan mengungkap betapa indah dan rumitnya cinta seorang Bapak yang terjebak dalam tubuh maskulinnya.
Dikenal sebagai musisi, penulis lagu, penulis buku, konten kreator yang selalu mengedepankan cerita personal dalam karyanya.
Sebagai solois, ia terus mengeksplorasi tema-tema kehidupan yang dekat dengan pendengar, mulai dari kisah asmara, keluarga, hingga pencarian makna diri.
Entitas penyanyi pria Arda Hatna telah merilis deretan lagu seperti Pelabuhan Terakhir, lya-lya Tidak Tidak, Tumbuh Bersama, Orang Tak Enakan.
Kini, single terbaru Arda Hatna Belajar Jadi Bapak siap membuat pendengar merasa seakan-akan duduk di ruang tamu dan mendengarkan langsung kisahnya. (Z-1)