Angkutan Feri Meningkat, Aktifitas Ekonomi Pulau-pulau di NTT Melonjak

2 hours ago 2
Angkutan Feri Meningkat, Aktifitas Ekonomi Pulau-pulau di NTT Melonjak Truk pengangkut hasil pertanian dari Pulau Rote turun dari feri di Pelabuhan Penyeberangan Bolok, Kupang, NTT, Kamis (11/9) lalu.(MI/Palce Amalo)

KESIBUKAN terlihat di Pelabuhan Pantai Baru, Kecamatan Pantai Baru, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, Jumat (12/9) lalu. Truk-truk sarat muatan semangka berjejer rapi menunggu giliran naik ke kapal feri. 

Buah-buah hijau bulat dengan berat antara 7-9 kilogram itu akan menempuh perjalanan laut sejauh 40 mil menuju Kota Kupang, sebelum sebagian diangkut melalui jalur darat lebih jauh ke Timor Leste.

“Kalau satu truk besar bisa angkut 3.000 buah semangka, ongkos feri Rp2 juta. Kalau truk kecil angkut 2.000 buah ongkos angkutnya lebih rendah Rp1,8 juta,” kata Rory Adu, pedagang semangka asal Rote.

Rory membeli semangka dari para petani di pulau paling selatan Nusantara ini untuk dijual di lapaknya yang berada di sisi Jalan Trans Timor, Kelurahan Oesapa, Kota Kupang.

Tumpukan semangka hijau bulat berkilau memenuhi meja jualannya, dan sebagian tersusun rapi di atas terpal plastik. Dia menekuni bisnis ini sejak 21 tahun lalu. Rory kerap bolak-balik ke Rote untuk membeli semangka dan hasil pertanian lain, yang sekarang lebih mudah dipasarkan ke Kupang karena lancarnya layanan feri..

Dulu jadwal pelayaran feri dari Kupang ke Rote dan sebaliknya cuma dua kali sehari, tetapi kini bertambah empat kali dalam satu hari, seiring meningkatnya arus barang dan orang yang mendorong aktivitas ekonomi masyarakat ikut bertumbuh pesat terutama sektor perdagangan hasil pertanian.

Dengan frekuensi itu, suplai hasil pertanian lainnya dari petani Rote ke Kota Kupang menjadi lebih terjamin. Hasil pertanian seperti bawang merah, beras, dan gula lempeng hasil olahan nira Lontar, menjadi komoditas yang paling banyak dijual di pasar tradisional Kota Kupang.

Harga semangka dari petani Rote dipatok rata-rata Rp20.000 per buah, sehingga untuk satu truk besar, dia mengeluarkan modal sebesar Rp60 juta. Dari modal sebesar itu, Rory mengantongi keuntungan bersih Rp30 
juta, bahkan sampai Rp40 juta tergantung kualitas buah dan harga pasar.

Di Kupang, harga semangka sangat bervariasi, mulai Rp10 ribu untuk ukuran kecil, dan hingga Rp50 ribu per buah untuk ukuran besar jenis semangka merah (crimson sweet). “Biasanya dalam seminggu sudah habis, apalagi kalau ada musim pesta atau permintaan dari rumah makan dan hotel,” ujarnya.

TITIK BALIK PERDAGANGAN
Bagi Rory, pelayaran kapal feri rute Kupang-Rote sejak 2004 menjadi titik balik perdagangan hasil pertanian Rote. Para petani dan pedagang tak lagi bergantung pada kapal kecil dengan jadwal yang tak menentu. “Kalau tidak ada feri, kita susah. Sekarang semua lebih gampang, bisa kirim semangka dua kali seminggu," ujarnya.

Dalam kurun waktu Januari sampai pertengahan September 2025, dia telah mendatangkan 300 truk pengangkut semangka dari Rote ke Kupang untuk memenuhi kebutuhan pasar.  

Tak jauh dari lapak milik Rory, masih ada empat deretan lapak sederhana yang menjual semangka dengan harga jual yang seragam. Di antaranya, Shela Henuk, perempuan berusia, 26 tahun yang berjualan semangka bersama sang ayah. 

“Harganya bervariasi, ada yang Rp10 ribu, Rp15 ribu, sampai Rp25 ribu untuk yang besar,” ujar Shela sambil menepuk-nepuk semangka berukuran jumbo. "Semua pedagang di sini dari Rote, tidak ada campur dari daerah lain,” kata Shela sambal menepuk semangka berukuran jumbo berukuran 8 kilogram. 

Shela sudah terbiasa mengatur harga sesuai ukuran, karena pembeli biasanya memilih buah berdasarkan besar kecilnya, karena setiap buah yang ia jajakan adalah hasil kerja keras petani di Rote yang dibawa menyeberangi laut dengan kapal feri menuju Kupang.  

Menurut Shela, berjualan semangka bukan sekadar mencari penghasilan, melainkan juga menjaga tradisi perdagangan yang sudah dirintis orang tua mereka.

Sebab, setiap buah yang ia jajakan adalah hasil kerja keras petani di Rote yang dibawa menyeberangi laut dengan kapal feri menuju Kupang. “Kalau lihat semangka ini sampai Kupang dan orang suka beli, saya ikut senang. Rasanya bangga, karena ini memang buah dari tanah kita sendiri,” ujarnya. 

Rory maupun Shela, tidak hanya menjual semangka. Di situ juga ada bawang merah seharga Rp30 ribu per kilogram, dan gula merah seharga Rp10 ribu per tujuh lempeng. Dua komoditas itu juga didatangkan dari Rote, namun saat ini jumlahnya masih terbatas.

"Kalau pas musim panen bawang dan musim tuak (menyadap nira lontar), dalam sehari dua sampai tiga truk angkut bawang ke Kupang. Kalau gula lempeng dan gula merah cair hanya satu truk," jelasnya.

PASAR TIMOR LESTE 
Bagi pedagang Rote, pasar Timor Leste adalah surga keuntungan. Semangka yang dijual Rp20 ribu di Rote bisa melonjak drastis mencapai US$5-6 atau antara Rp80 ribu sampai Rp100 ribu per buah. “Kalau semangka sampai Timor Leste, harganya bisa luar biasa," sebut Rory.
 
Akan tetapi, pasokan semangka ke negara itu masih terbatas karena setiap pengiriman dibatasi maksimum 30 ton melalui Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain di Kabupaten Belu, untuk kebutuhan restoran, rumah makan hingga hotel.

Meskipun ekspor masih terbatas, menurut dia, kabar baiknya adalah dengan adanya kapal feri, hasil pertanian dari daerah ini berhasil dipasarkan sampai Timor Leste.

Selain itu, satu truk pengangkut semangka bagian dari 20-30 truk pengangkut barang ekspor dari wilayah NTT yang melintasi Motaain. PLN Motaain juga mencatat devisa dari ekspor mencapai Rp709 miliar selama 2024. 

ARUS TRUK ANGKUT MELONJAK 
General Manager PT Angkutan Sungai Danau dan Penyebrangan (ASDP) Indonesia Ferry Cabang Kupang, Wijaya Santosa mengatakan terjadi kenaikan signifikan pada jumlah truk mengangkut komoditas pertanian pada rute Rote-Kupang selama dua tahun terakhir. "Selama 2023 ada 3.639 truk melintas dari Rote ke Kupang, dan pada 2024 ada 4.202 truk atau terjadi kenaikan 15,47%," ujarnya.

Sebaliknya, untuk angkutan logistik rute Kupang-Rote dalam periode yang sama terjadi lonjakan sampai 27,52%. Pada 2023, terdapat 1.737 truk melintas ke Rote dan bertambah jadi 2.215 truk pada 2024.

"Kalau dihitung-hitung, kira-kira ada 303 truk setiap bulan yang jalan dari Rote ke Kupang pada 2023, tapi pada 2024, jumlahnya naik jadi jadi sekitar 350 truk per bulan. Nah, kalau dari Kupang ke Rote ada sekitar 145 truk per bulan pada 2023 dan naik jadi 185 truk pada 2024," jelas Wijaya Santosa.

Kenaikan itu, lanjutnya, memperlihatkan adanya peningkatan aktivitas ekonomi dan logistik antara dua wilayah ini, serta menunjukkan layanan feri semakin dimanfaatkan untuk mendukung aktivitas logistik.

RUTE PENYEBRANGAN
Menurut Wijaya Santosa, ASDP Cabang Kupang mengoperasikan 51 rute penyeberangan terdiri dari komersial, perintis dan rute regular yang dilayani oleh sembilan armada.

Dari puluhan rute tersebut, armada ASDP mengangkut 283.426 penumpang pada 2023 dan bertambah mnjadi 329 penumpang pada 2024 atau naik sebesar 16,29%

Begitu juga truk pengangkut hasil pertanian dan bahan kebutuhan pokok dari rute ini tercatat 13.395 unit pada 2023 dan bertambah 14.799 truk pada 2024 atau melonjak sebesar 10,48%.

Di sisi lain, penumpang yang diangkut selama 2023 berjumlah 283.426 orang, dan naik 16,29% pada 2023  menjadi 329.597 orang. "Kalau arus barang dari Sumba, Flores, dan Rote kebanyakan hasil pertanian,” ujar Wijaya.

Keberadaan rute penyeberangan ini berperan penting dalam meningkatkan konektivitas wilayah sekaligus mengatasi disparitas harga bahan kebutuhan pokok dan hasil-hasil pertanian, khususnya di pulau-pulau kecil seperti Rote, Sabu, Raijua, Alor, Adonara, Solor dan Lembata. 
 
Kini, petani Rote dan wilayah sekitarnya tidak lagi menjual hasil pertanian hanya di pasar lokal, tetapi sudah mampu menembus pasar ibu kota provinsi, bahkan negara tetangga. Kehadiran feri pun membuat keringat petani terbayar lebih layak, sekaligus menjadi bukti akses transportasi dapat mengangkat kesejahteraan masyarakat di pulau-pulau kecil. (E-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |