Anggaran Minim, Dinkes Subang Kewalahan Tangani HIV/AIDS

1 month ago 33
Anggaran Minim, Dinkes Subang Kewalahan Tangani HIV/AIDS Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Subang, Maxi.(MI/Reza Sunarya)

DINAS Kesehatan Kabupaten Subang, Jawa Barat mengakui tidak akan mampu mengatasi kasus HIV di kota itu. Diperlukan kolaborasi dan pembagian tugas misalnya dengan Komisi Penanggulangan AIDS. Selain itu Anggaran dari Pemkab Subang juga sangat minim.

Penderita HIV di Kabupaten Subang, Jawa Barat, terus meningkat. Saat ini penderita HIV di Kabupaten Subang telah tembus 3.800 penderita. Angka yang tertular HIV di Subang paling banyak yang pertama di Kecamatan Subang Kota, disusul Kecamatan Pamanukan, Kecamatan Pusakanagara, Patokbeusi, Ciasem, dan Kecamatan Pagaden. 

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Subang, Maxi mengungkapkan, Dinas Kesehatan Kabupaten Subang tidak akan mampu menangani sendiri kasus Penyebaran HIV di Kabupaten Subang sehingga diperlukan kolaborasi dengan pihak terkait misalnya Komisi Penanggulangan AIDS.

"Tidak mungkin diatasi oleh Dinas Kesehatan sendiri. Kita berkolaborasi dengan misalnya membagi-bagi tugas, misalnya ada Komisi Penanggulangan AIDS. Titik tugasnya adalah melakukan koordinasi antar-lembaga." kata Maxi, Jumat (3/10).

Menurut Maxi, Kabupaten Subang memiliki 42 OPD, salah satunya Dinas Perhubungan. Dinas Perhubungan bisa melakukan sosialisasi kepada pengemudi angkot, truk, tentang bahaya HIV/AIDS. "Dinas Perhubungan, itu kan mereka punya yang namanya sopir-sopir, angkutan, sopir truk. Ya harus dilakukan penyuluhan-penyuluhan terkait dengan bagaimana seks berisiko tinggi. Yang namanya dalam perjalanan itu kan sering banyak godaan-godaan," ungkap Maxi.

Dikatakan Maxi, pihaknya pernah melakukan survei melakukan perjalanan pengemudi truk dari Surabaya sampai ke Merak. Selama perjalanan dua sampai tiga kali pengemudi singgah ke tempat pekerja seks komersial. 

Yang kedua lanjut Maxi, peran Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga (Dispora) bisa mengendalikan tempat-tempat wisata, pemilik-pemilik hotel, restoran, kafe, yang banyak terjadi transaksi-transaksi yang mengarah kepada aktivitas seksual. 

"Ini tentunya harus diberikan pemahaman juga dan mereka harus membuat warning lah. Paling tidak kan ada hotel yang menyediakan kondom, supaya tidak terjadi penularan yang di mana-mana," tegasnya.

Menurut Maxi, secara umum, pencegahan HIV harus 5 faktor, Pertama A, A itu Abstinen, tidak berhubungan seks. Ini berlaku bagi siswa, pelajar, ya yang belum menikah. Kemudian yang kedua adalah B, Be faithful, saling setia, artinya setia pada pasangan yang masing-masing. 
Ketiga adalah C, kalau kelompok A dan B tidak tahan, ya pakai C, Condom.

Keempat adalah D, atau Drugs jangan pakai obat-obat terlarang. Karena obat-obat terlarang itu yang banyak disebut Napsa. Yang terakhir adalah education, pendidikan. Artinya harus memberi imunitas kepada seluruh masyarakat, terutama mahasiswa, anak-anak sekolah, bahwa seks itu banyak enaknya, tapi ada risikonya.

Maxi juga menyayangkan minimnya anggaran dari Pemkab Subang untuk penanggulangan HIV, sedangkan penyebaran HIV di Kabupaten Subang terus meningkat.(E-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |