Ancaman Resesi Global Memicu Turbulensi Ekonomi, DEN Desak Diversifikasi Pasar dan Reformasi Regulasi Total

4 hours ago 1
Ancaman Resesi Global Memicu Turbulensi Ekonomi, DEN Desak Diversifikasi Pasar dan Reformasi Regulasi Total Tingkat ketidakpastian global saat ini mencapai level tertinggi.(MI/Muhammad Ghifari A)

TINGKAT ketidakpastian global saat ini mencapai level tertinggi sejak tahun 1980, menghadirkan tantangan besar bagi stabilitas ekonomi Indonesia. Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Septian Hario Seto, mengungkapkan bahwa dampak turbulensi ini terlihat jelas dari serangkaian hambatan, mulai dari anjloknya Investasi Asing Langsung (FDI) Tiongkok hingga serbuan impor yang mengancam industri padat karya domestik.

Seto menyebut bahwa indeks ketidakpastian dunia berada di puncak rekor, dipicu oleh konflik geopolitik, ketegangan AS-China, hingga isu perubahan iklim dan AI. Kondisi ini telah menyebabkan penurunan signifikan pada perdagangan global dan arus FDI, terutama dari Tiongkok.

FDI Tiongkok Menghilang, Impor Melonjak

Menurut Seto, Indonesia tidak bisa lagi menggantungkan diri pada aliran FDI masif dari Tiongkok seperti delapan tahun terakhir. "Fokus Tiongkok saat ini adalah stabilisasi ekonomi domestik mereka, dan mereka akan sebisa mungkin mengurangi potensi capital outflow," tegasnya di St Regis (24/20). 

Kondisi ini diperparah dengan langkah Tiongkok memberlakukan kontrol ekspor pada rare earth dan teknologi baterai litium, sebuah strategi yang diadopsi dari playbook AS pada semikonduktor.

Di sisi lain, kebijakan tarif AS terhadap Tiongkok justru berimplikasi negatif bagi Indonesia. Kelebihan kapasitas produksi Tiongkok dialihkan ke pasar negara berkembang. Seto membeberkan data kontribusi impor Tiongkok terhadap total impor Indonesia melonjak dari 20% pada 2015 menjadi 35% pada pertengahan 2024.

"Ini kabar baik untuk konsumen karena barang lebih murah, tapi memukul keras industri domestik," kata Seto. Sektor garmen dan konveksi skala kecil dan menengah dilaporkan paling terpukul, diperparah dengan maraknya kasus illegal import atau barang yang masuk secara tidak resmi.

Sektor Padat Karya Terancam Demand Shock AS

Seto juga menyoroti bahaya demand shock yang mulai terasa lebih cepat di pasar ekspor Amerika Serikat. Sektor padat karya Indonesia, seperti garmen, sepatu, dan seafood. yang menyerap sekitar 5 juta lapangan kerja, mulai melaporkan adanya pengurangan pesanan.

"Pertumbuhan ekonomi AS yang kita lihat sekarang, 80% disebabkan oleh investasi AI, yang hanya dinikmati oleh 10% populasi terkaya. Mayoritas masyarakat Amerika tidak menikmati wealth effect-nya, sehingga permintaan (demand) barang konsumen melemah," jelas Seto.

Pemerintah Dorong Dua Strategi Utama

Menghadapi tantangan ini, DEN mendorong dua strategi utama: Diversifikasi Pasar dan Reformasi Regulasi Total.

 1. Akselerasi Pasar Eropa (IEU-CEPA):

Pemerintah didorong untuk segera menyelesaikan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif dengan Uni Eropa. Pasar Eropa, terutama untuk produk konsumen, dinilai 50% lebih besar dari AS. "Saat ini kita ekspor garmen ke Eropa dikenai tarif 9-11%, sementara Vietnam hanya 2% dan Bangladesh 0%. Target 1 Januari 2027 dengan tarif 0% akan membuka pasar ini lebar-lebar bagi produk kita," ungkap Seto.

 2. Deregulasi dan Digitalisasi Perizinan:

Seto menyoroti kendala investasi pabrik baru di luar kawasan industri di Jawa Tengah, yang terhambat birokrasi perizinan, seperti amdal yang bisa memakan waktu hingga dua tahun. DEN mendorong penerapan kembali serangkaian deregulasi seperti di era 80-an, namun kini diperkuat dengan digitalisasi sistem OSS (Online Single Submission) dan integrasi AI chatbot.

"Sistem harus digitalisasi. Kita sedang menguji AI yang dapat membantu klasifikasi dokumen dan analisis amdal yang ribuan halaman. Ini akan memangkas biaya konsultan dan waktu birokratis," papar Seto.

Selain itu, Seto menyambut baik langkah moneter pemerintah untuk mendorong demand domestik, namun menegaskan bahwa percepatan government spending adalah kunci. "Pemerintah harus bergerak lebih cepat, karena dalam delapan bulan terakhir kita banyak mengumpulkan pajak, tapi spending-nya tidak jalan, sehingga demand di masyarakat juga tidak bergerak," pungkasnya. (Z-10)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |