Ilustrasi(Dok ist)
FENOMENA meningkatnya jumlah anak dan remaja yang terpapar narkoba belakangan ini tentu menjadi perhatian serius. Kondisi ini dianggap mengkhawatirkan karena kelompok usia tersebut berada pada fase perkembangan dengan rasa ingin tahu tinggi dan dorongan kuat untuk mencoba hal-hal baru.
Paparan media sosial dan tekanan sosial di lingkungan pergaulan juga turut menjadi faktor pendorong penyalahgunaan narkoba. Banyak anak merasa perlu "dianggap keren" atau ingin diterima dalam kelompok, sehingga mudah terbawa arus perilaku berisiko.
Psikolog Klinis Anak dan Remaja Vera Itabiliana Hadiwidjojo menjelaskan bahwa peningkatan keterlibatan anak dan remaja dalam penyalahgunaan narkoba tidak bisa dilepaskan dari kombinasi faktor internal dan eksternal yang saling memengaruhi.
"Kurangnya pengawasan memang menjadi salah satu faktor penting, tetapi bukan satu-satunya. Ada banyak penyebab yang membuat anak lebih rentan, mulai dari lemahnya komunikasi dengan orang tua hingga tekanan sosial yang tidak tertangani dengan baik," kata Vera saat dihubungi, Jumat (24/10).
Menurut Vera, setidaknya ada empat penyebab utama yang membuat anak mudah terpapar narkoba. Pertama, kurangnya komunikasi efektif antara orang tua dan anak. Banyak anak merasa tidak bisa terbuka terhadap orang tuanya, sehingga mencari pelarian di luar rumah.
Kedua, tekanan sosial dan emosional, di mana anak yang mengalami stres, kesepian, atau masalah psikologis tanpa dukungan memadai cenderung mencari jalan keluar instan melalui zat terlarang.
Ketiga, pengaruh lingkungan dan pergaulan yang permisif terhadap perilaku berisiko sangat berperan dalam keputusan anak. Keempat, rendahnya literasi tentang bahaya narkoba, di mana banyak anak belum memahami sepenuhnya konsekuensi medis dan hukum dari penggunaan zat terlarang.
Vera menegaskan bahwa pengawasan terhadap anak dan remaja tidak boleh hanya berwujud kontrol ketat atau larangan semata.
"Pengawasan harus diikuti dengan pendekatan yang hangat, terbuka, dan edukatif. Anak perlu merasa dipercaya dan dipahami agar mereka mau berdialog dengan orang dewasa," tuturnya.
Ia menambahkan, pencegahan harus dilakukan secara terpadu dan berlapis, melibatkan pemerintah, orang tua, dan masyarakat. Dari sisi pemerintah, penting untuk memperkuat program edukasi pencegahan sejak usia sekolah, menyediakan layanan konseling di sekolah, serta memperluas kampanye yang relevan dengan bahasa anak muda.
Dari sisi orang tua, perlu dibangun hubungan yang hangat dan terbuka dengan anak. Orang tua perlu mendengarkan tanpa menghakimi, melibatkan anak dalam aktivitas positif, serta menjadi contoh dalam pengelolaan stres dan perilaku sehat.
Sementara itu, masyarakat juga memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang aman dan suportif. Sekolah, tempat ibadah, dan komunitas perlu aktif menanamkan nilai-nilai positif serta membangun jejaring dukungan bagi remaja yang berisiko.
"Anak dan remaja tidak bisa tumbuh sehat hanya dari pendidikan formal. Mereka butuh lingkungan yang peduli, yang mau mendengar, dan memberi teladan. Itulah benteng pertama melawan narkoba," pungkas Vera. (H-2)


















































