Alcaraz hingga Swiatek Keluhkan Padatnya Jadwal Tenis

1 month ago 24
Alcaraz hingga Swiatek Keluhkan Padatnya Jadwal Tenis Petenis Spanyol Carlos Alcaraz dalam partai semifinal US Open 2025 di New York, Amerika Serikat, Sabtu (6/9/2025).(Xinhua/Li Rui)

SOROTAN tajam kembali mengarah pada padatnya jadwal tenis profesional setelah sederet bintang dunia mengalami cedera dan melontarkan kritik terhadap kalender turnamen.

Carlos Alcaraz, juara enam gelar mayor musim ini, menjadi nama terbaru yang mengeluhkan jadwal kompetisi. Petenis peringkat satu dunia itu memutuskan mundur dari Shanghai Masters karena alasan fisik. 

“Jadwalnya sangat ketat. Mereka harus melakukan sesuatu tentang jadwal tersebut,” ujar Alcaraz dikutip dari AFP.

Sebelumnya, Iga Swiatek dan Coco Gauff juga menyoroti panjangnya musim tenis. Kritik keduanya muncul seiring maraknya kasus pemain terpaksa mundur akibat cedera. Hanya pada Senin lalu di China Open, tercatat lima pemain tidak mampu menyelesaikan laga. 

Sehari kemudian, Daniil Medvedev tampil pincang sebelum menyerah 0-4 di set penentuan melawan remaja Amerika Serikat, Learner Tien. Lawan Tien di babak perempat final, Lorenzo Musetti, juga menyudahi pertandingan lebih cepat karena cedera.

Aryna Sabalenka, juara AS Terbuka 2024, bahkan absen dari turnamen di Beijing karena cedera ringan. Sementara itu, Swiatek mengingatkan bisa saja absen dari turnamen wajib demi menjaga kondisi fisiknya. 

“Ada banyak cedera. Saya pikir itu karena musimnya terlalu panjang dan terlalu intens,” tegas Swiatek.

WTA sejak tahun lalu mewajibkan petenis elite tampil di empat Grand Slam, sepuluh turnamen WTA 1000 termasuk Beijing, dan enam turnamen level 500. ATP juga menerapkan aturan serupa. 

Dalam pernyataannya, WTA menegaskan “Kesejahteraan atlet selalu menjadi prioritas utama" sembari menyebut format baru akan memberi kepastian sekaligus tambahan kompensasi pemain hingga USD400 juta atau sekitar Rp6,66 triliun dalam sepuluh tahun ke depan.

Namun, banyak bintang tenis menilai kebijakan itu justru membuat beban semakin berat. Gauff, juara bertahan Tiongkok Terbuka sekaligus peringkat tiga dunia, menyebut jadwal saat ini “tidak mungkin” untuk dijalani. 

“Saya ingin melihat dalam hidup saya selama tur ini agar solusi dibuat untuk memperpendek musim,” katanya.

Meski demikian, tidak semua pemain sepakat. Zheng Qinwen, juara Olimpiade Paris 2024 yang terpaksa mundur di Beijing karena belum pulih dari operasi siku, justru berpandangan berbeda. 

“Saya tidak berpikir kalender ini terlalu berat bagi pemain profesional. Karena pemain terkuatlah yang bertahan, dan itulah aturan di kepala saya,” ujar Zheng. (Ndf/I-1)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |