Prof Fasli Jalal(Dok Yarsi TV)
DALAM upaya meningkatkan kualitas pendidikan dan daya saing lulusan, Universitas Yarsi berfokus pada akreditasi internasional dan sertifikasi tambahan. Saat ini terdapat enam program studi unggulan, termasuk kedokteran dan ekonomi, dengan rencana menambah empat program lagi.
"Mahasiswa didorong untuk mendapatkan sertifikasi internasional melalui proyek berbasis pembelajaran, seperti aplikasi untuk membantu diagnosis kelainan genital pada anak," kata Rektor Universitas Yarsi, Prof.dr. Fasli Jalal saat acara Wisuda semester genap tahun akademik 2024/2025, di Universitas Yarsi Sabtu (25/10).
Kolaborasi dengan institusi luar negeri, termasuk Jepang, memungkinkan pengembangan teknologi yang mempercepat proses diagnosis. Inovasi ini bertujuan untuk meningkatkan sensitivitas deteksi penyakit, seperti kanker serviks, dengan memanfaatkan kecerdasan buatan untuk mempercepat pengambilan keputusan klinis. Selain itu, pentingnya pengembangan soft skills juga ditekankan untuk mempersiapkan lulusan menghadapi tantangan di dunia kerja yang semakin kompetitif.
Prof Fasli Jalal menyatakan, akreditasi unggul dan internasional diraih Universitas Yarsi dan Prodi lewat ikhtiar cerdas dari tim yang sudah disiapkan. Ditambah pula punya sarana dan prasarana belajar mengajar modern terkini.
"Bagi Universitasi Yarsi masalah riset dan dana riset sudah jadi agenda besar program pengembangan Yarsi. Universitas Yarsi yang berusia 58 tahun sudah melakukan investasi besar untuk riset," kata dia.
Universitas Yarsi sudah memiliki lembaga penelitian (Lemlit) dengan banyak ruangan dan fasilitas. Seperti laboratorium genomik, herbal, halal ,telomer, sel punca dan artificial intelligence (AI) center. Sudah ada laboratorium perancang undang-undangan dan laboratorium sistem peradilan pidana moderen berkomputer teknologi canggih.
Khusus penelitian bidang kedokteran, dua tahun lalu telah menambah alat-alat laboratorium senilai 10 miliar dan sesuai kebutuhan terus ditambah. Tidak itu saja, Menurut Prof Fasli, dosen-dosen didorong melakukan riset dan didorong melanjutkan pendidikan.
Sementara itu, dalam wisuda, Kepala Badan POM Taruna Ikrar menyampaikan orasi ilmiah yang berjudul “Navigating the Future of Science and Technology: Synergies Between Neurosciences, Biotechnology, Pharmaceutical Medicine, and Regulatory Leadership”.
“Kita hidup di masa ketika kecepatan kemajuan ilmu pengetahuan melampaui kecepatan sistem sosial, hukum, bahkan kesadaran manusia itu sendiri. Tugas kita bukan hanya mengikuti arus teknologi, tetapi memimpin arah perkembangannya,” kata Taruna Ikrar.
Kepala BPOM menegaskan bahwa masa depan ilmu pengetahuan dan teknologi harus dipimpin oleh manusia yang berpengetahuan, berintegritas, dan berkesadaran. Ia menyoroti pentingnya integrasi antara neurosains dan kecerdasan buatan (neuro-artificial intelligence) yang menjadi arah baru pengembangan inovasi di bidang kesehatan dan farmasi.
“Ketika keduanya digabungkan, terbentuklah sinergi kuat yang mampu memprediksi efektivitas obat, efek samping, dan respons pasien secara lebih presisi. Inilah bentuk sains yang berkeadilan dan berorientasi pada kemanusiaan,” jelas Taruna. (H-2)


















































