Kopi Kintamani(MI/Arnoldus Dhae)
UPAYA meningkatkan kesejahteraan petani kopi di Bali terus digalakkan melalui program Hilirisasi Riset dan Inovasi Teknologi Pengolahan Kopi Arabika, yang digagas oleh Prof. Dr. Ir. Luh Suriati, M.Si bersama tim peneliti dari Universitas Warmadewa dan Institut Teknologi Kesehatan Bali. Program ini menyasar Kelompok Pengolah Kopi Selulung di Kecamatan Kintamani sebagai mitra utama.
Program ini merupakan bagian dari Program Hilirisasi Riset Prioritas – SINERGI yang didanai Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi RI. Tujuannya adalah mengimplementasikan hasil riset kampus ke masyarakat melalui pengembangan teknologi pengolahan kopi yang efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. “Kami ingin hasil penelitian di kampus tidak berhenti di laboratorium, tetapi benar-benar memberi dampak ekonomi dan sosial bagi masyarakat, khususnya kelompok pengolah kopi di Kintamani,” ujar Prof. Luh Suriati saat dikonfirmasi di Denpasar pada Selasa (4/11)
Selama dua tahun ke depan, program ini akan mencakup pelatihan teknologi pengolahan kopi berbasis zero waste, peningkatan mutu green bean dan roasted bean, serta pengembangan produk turunan seperti kopi bubuk instan dan kopi blended Arabika-Robusta. Pengujian kualitas produk, uji sensori rasa, aroma, dan penampilan juga dilakukan untuk meningkatkan daya saing produk kopi lokal.
Inovasi teknologi yang ditawarkan meliputi metode fermentasi, teknik coating, dan pengeringan yang dapat memengaruhi kualitas akhir kopi. Selain itu, pelatihan pengemasan modern dan strategi pemasaran digital turut diberikan untuk memperluas jangkauan pasar produk kopi Kintamani. Program sosialisasi, pendampingan dan pelatihan bagi anggota kelompok tani telah dilakukan sejak 16 Oktober 2025. Harapanya pengetahuan dan keahlian anggota kelompok tani meningkatkan sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas produk kopi di Kintamani.
Ketua Kelompok Pengolah Kopi Selulung, I Nyoman Penting, menyampaikan apresiasinya atas pendampingan yang diberikan. “Melalui kegiatan ini, kami mendapatkan wawasan baru tentang standar mutu dan cara meningkatkan nilai jual produk. Ini sangat membantu kami untuk bersaing di pasar yang lebih luas,” ujarnya.
Program ini juga menekankan prinsip green economy dengan memanfaatkan limbah kulit kopi menjadi pupuk organik dan pakan ternak. Penelitian formulasi dilakukan untuk mengelola limbah secara berkelanjutan sekaligus memberikan nilai tambah ekonomi bagi petani.
Dengan pendekatan kolaboratif antara akademisi, pemerintah daerah, dan pelaku usaha, program ini diharapkan mampu menjadikan Kelompok Kopi Selulung sebagai model pengembangan kopi Arabika berkelanjutan di kawasan Kintamani. (E-2)


















































