
MENJELANG pertengahan 2025, kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) masih jadi topik hangat terutama di dunia bisnis.
Ini diperkuat studi IBM dan Korika 2024 yang menunjukkan 62% perusahaan di Indonesia menjalankan pilot project AI, dan 23% di antaranya mulai mengintegrasikannya dalam proses operasional harian, termasuk pengelolaan keuangan, analisis risiko, dan otomatisasi laporan.
Chief of Business Development HashMicro Lusiana Lu mengutarakan meski AI bekerja cepat dan efisien, pihaknya percaya peran manusia tetap krusial.
"Teknologi bisa menyajikan data dalam hitungan detik, tapi hanya manusia yang dapat menafsirkan, mempertimbangkan dampaknya, dan mengambil keputusan strategis. Kami percaya teknologi tidak akan menggantikan manusia, tapi akan membantu manusia bekerja lebih strategis. Kolaborasi keduanya adalah kekuatan utama," kata Lusiana di Jakarta, Rabu (23/7).
Guna merespons itu, HashMicro, penyedia solusi ERP berbasis cloud di Asia Tenggara, sudah lama menghadirkan Hashy yakni asisten virtual berbasis AI yang terintegrasi langsung dengan sistem keuangan perusahaan.
"Lewat Hashy, kami ingin menciptakan efisiensi tanpa mengorbankan sisi humanis dari proses bisnis,” tutur dia.
Hashy, kata dia, dirancang untuk menangani skenario bisnis yang kompleks, mulai dari ratusan ribu transaksi per hari hingga pengelolaan keuangan multientitas lintas negara.
Seiring berkembangnya kebutuhan dan kompleksitas bisnis, kapabilitas Hashy pun terus disempurnakan. Hashy dapat membantu pengguna menganalisis data secara real time, mengirim tagihan ke pelanggan, menginformasikan vendor terkait pembayaran, dan pekerjaan administratif lainnya selesai hanya dalam hitungan detik.
"Dengan kapabilitas otomatisasi hingga 90% untuk proses seperti penagihan dan rekonsiliasi, Hashy mampu mengurangi beban kerja administratif yang selama ini menyita hingga 40% waktu tim keuangan. Proses yang biasanya memakan waktu kini dapat diselesaikan dalam hitungan detik," terang Lusiana.
Hal ini berdampak langsung pada kelancaran arus kas perusahaan. Ini sekaligus mengatasi isu yang dialami hampir 50% pelaku usaha di Asia yakni keterlambatan pembayaran masih terjadi pada 60–80% transaksi.
"Dengan penagihan otomatis dan komunikasi yang lebih terstruktur, Hashy membantu tim keuangan beralih dari sekadar memproses menjadi lebih strategis," tutur Lusiana.
Tak hanya itu, HashMicro juga mengintegrasikan business intelligence dan analytics tools untuk membantu perusahaan memahami data secara lebih mendalam.
Mulai dari pelaporan sederhana hingga analisis yang kompleks dan proyeksi permintaan secara real time untuk membantu pengambilan keputusan agar lebih akurat dan terinformasi.
Dia menambahkan dengan pekerjaan manual yang diambil alih oleh AI, peran tim ikut bergeser ke arah lebih strategis. Mereka tak lagi hanya mencatat atau memproses, tapi lebih fokus pada analisis, perencanaan, dan kontribusi langsung terhadap kepentingan perusahaan.
"Keahlian manusia tidak digantikan, tapi diberikan ruang lebih luas untuk mempertajam skill serta wawasan untuk menciptakan nilai tambahan yang tak bisa diajarkan pada teknologi," urainya.
Menurut dia, masa depan keuangan bukan semata soal kecepatan dan efisiensi, tapi tentang kolaborasi antara teknologi dan manusia.
"AI bisa menyajikan data dalam hitungan detik, tapi hanya manusia yang bisa memahami konteks, membaca peluang, dan membuat keputusan strategis. Di era otomatisasi ini, manusia tetap menjadi pengarah utama, dengan empati, intuisi, dan visi jangka panjang," pungkasnya. (H-2)