Ilustrasi grafik pertumbuhan ekonomi.(Dok. Freepik)
BERDASARKAN proyeksi Asian Development Bank (ADB), pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan melambat hingga tahun depan. Pada 2025, laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) diproyeksikan turun menjadi 4,9%, lebih rendah dibandingkan 2024 yang sebesar 5,0%.
Memasuki 2026, pertumbuhan ekonomi diperkirakan naik tipis menjadi 5,0%, namun masih lebih kecil dari proyeksi ADB pada April 2025 yang sebesar 5,1%. Proyeksi tersebut tercantum dalam laporan Asian Development Outlook (ADO) edisi September 2025 yang dirilis ADB pada Selasa, (30/9).
Sementara itu, inflasi domestik diperkirakan tetap terkendali dengan tren stabil. Setelah tercatat 2,3% pada 2024, inflasi diproyeksikan turun menjadi 1,7% pada 2025, lalu sedikit meningkat ke 2,0% pada 2026.
Secara umum, ADB memangkas prospek pertumbuhan untuk Asia dan Pasifik berkembang masing-masing sebesar 0,1 dan 0,2 poin persentase untuk tahun ini dan tahun depan, seiring dengan munculnya lingkungan perdagangan global yang baru, yang dibentuk oleh tarif dan perjanjian perdagangan yang diperbarui.
Ekonomi di kawasan ini diproyeksikan tumbuh sebesar 4,8% tahun ini dan 4,5% tahun depan. Angka tersebut menyusut
dibandingkan perkiraan pada April lalu sebesar masing-masing 4,9% dan 4,7%.
Tarif yang lebih tinggi yang diberlakukan oleh Amerika Serikat (AS) dan ketidakpastian perdagangan yang meningkat diperkirakan menekan pertumbuhan kawasan tersebut.
Sementara, ADB memproyeksikan inflasi akan terus mereda menjadi 1,7% tahun ini di tengah harga pangan dan energi yang lebih rendah, sebelum meningkat secara moderat menjadi 2,1% tahun depan seiring normalisasi harga pangan.
"Tarif bea masuk AS saat ini berada pada level yang secara historis tinggi, sementara ketidakpastian perdagangan global tetap tinggi,” ujar Kepala Ekonom ADB, Albert Park dalam keterangannya, Senin (30/9).
Pertumbuhan di Asia dan Pasifik tahun ini dinilai masih cukup tangguh berkat ekspor yang kuat dan permintaan domestik yang solid. Namun, kondisi eksternal yang memburuk mulai memengaruhi prospek ke depan.
"Dalam situasi perdagangan global yang baru ini, sangat penting bagi pemerintah untuk terus menjaga kebijakan makroekonomi yang sehat, keterbukaan, serta memperkuat integrasi regional," ungkapnya.
Untuk proyeksi pertumbuhan ekonomi Tiongkok diperkirakan tidak berubah. Dukungan kebijakan pemerintah diyakini mampu meredam dampak dari tarif impor yang lebih tinggi serta pelemahan pasar properti. Ekonomi Tiongkok diprediksi tumbuh 4,7% pada tahun ini dan 4,3% pada tahun depan.
India diperkirakan terdampak oleh tarif tinggi yang diberlakukan Amerika Serikat terhadap ekspornya sejak Agustus. ADB kini memperkirakan ekonomi India tumbuh 6,5% pada 2025 dan 2026, lebih rendah dibandingkan proyeksi April yang memperkirakan 6,7% tahun ini dan 6,8% tahun depan.
Kawasan Asia Tenggara juga mengalami penurunan terbesar dalam proyeksi pertumbuhan akibat melemahnya permintaan global dan ketidakpastian perdagangan yang masih tinggi. Pertumbuhan kawasan ini diperkirakan hanya 4,3% pada 2025 dan 2026, turun 0,4 poin untuk masing-masing tahun dibandingkan proyeksi April lalu. (H-3)


















































