
PARLEMEN Jepang resmi memilih Sanae Takaichi sebagai perdana menteri perempuan pertama, Selasa (21/10). Momen ini menandai sejarah baru dalam politik Jepang, negara yang selama ini didominasi oleh pemimpin laki-laki.
Namun, di balik sosok yang dikenal konservatif ini, Takaichi punya banyak sisi menarik yang jarang diketahui publik. Berikut tujuh fakta unik Sanae Takaichi.
1. Resmi Mencetak Sejarah pada 21 Oktober 2025
Sanae Takaichi mengantongi mayoritas suara dalam pemungutan di Diet Jepang, mengakhiri puluhan tahun dominasi politik pria. Sebelumnya, ia juga menjadi perempuan pertama yang memimpin Partai Demokrat Liberal (LDP), partai terbesar di Jepang.
Kemenangannya menjadi simbol perubahan besar, terutama di negara yang masih menghadapi kesenjangan gender di dunia politik.
2. Dari Panggung Rock ke Kursi Perdana Menteri
Sebelum terjun ke dunia politik, Takaichi dikenal sebagai drummer band heavy metal di masa mudanya. Ia adalah penggemar musik keras seperti X Japan dan B’z, dan mengaku bahwa disiplin serta ketegasan dalam bermusik membentuk kepribadiannya.
Kini, energi dan ritme “drummer” itu tampak dalam cara ia memimpin pemerintahan dengan cepat dan penuh kontrol.
3. “Sanae Cut”: Gaya Rambut yang Jadi Simbol
Potongan rambut khas tanpa poni yang menutupi mata dikenal publik sebagai “Sanae Cut.”
Gaya ini ia pilih agar bisa “menatap mata lawan bicara secara langsung” — simbol keterbukaan dan ketegasan.
Gaya rambut ini bahkan menjadi tren di kalangan perempuan muda Jepang, yang melihatnya sebagai lambang kepercayaan diri dan profesionalisme.
4. Terinspirasi Margaret Thatcher
Takaichi sering dijuluki sebagai “Thatcher-nya Jepang.” Ia mengidolakan Margaret Thatcher sejak kuliah di Kobe University dan banyak meniru gaya kepemimpinan sang “Iron Lady.”
Ia pernah mengatakan bahwa Thatcher mengajarkannya untuk “menjadi kuat tanpa kehilangan sisi feminin.” Pandangan ini terlihat jelas dalam cara Takaichi berbicara di publik, tenang, lugas, dan penuh prinsip.
5. Garis Kebijakan: Abenomics dan Pertahanan Nasional
Dalam kebijakan ekonomi, Takaichi melanjutkan Abenomics, warisan mantan PM Shinzo Abe, dengan fokus pada pertumbuhan melalui stimulus fiskal, belanja publik, dan dukungan bagi industri teknologi.
Di bidang pertahanan, ia mendorong revisi Pasal 9 Konstitusi Jepang, yang selama ini membatasi penggunaan kekuatan militer. Ia menegaskan bahwa Jepang harus memperkuat pertahanan diri di tengah ketegangan geopolitik di Asia Timur.
6. Kontroversi di Tengah Popularitas
Meski berhasil mencetak sejarah, Takaichi juga dikenal sebagai sosok yang kontroversial. Ia menolak legalisasi pernikahan sesama jenis dan tidak mendukung perubahan sistem nama keluarga untuk pasangan menikah, pandangan yang dianggap konservatif oleh sebagian besar publik muda.
Selain itu, kunjungannya ke Kuil Yasukuni, tempat yang sensitif secara politik, sering menimbulkan reaksi keras dari negara tetangga seperti Korea Selatan dan Tiongkok.
7. Perjalanan Panjang dari Kota Kecil
Sanae Takaichi lahir pada 7 Maret 1961 di Yamatokōriyama, Prefektur Nara. Ayahnya bekerja di industri otomotif, sedangkan ibunya seorang polisi prefektur.
Meski sempat diterima di universitas ternama seperti Keio dan Waseda, keluarganya tak mampu membiayai hidup di Tokyo, sehingga ia memilih Kobe University. Dari sana, ia menapaki karier panjang yang akhirnya membawanya ke puncak kekuasaan Jepang.
Kesimpulan
Sanae Takaichi bukan sekadar pemimpin baru, ia simbol perubahan dalam politik Jepang. Dari seorang drummer heavy metal menjadi perdana menteri perempuan pertama, kisahnya menggambarkan bagaimana keberanian dan ketegasan bisa membuka jalan bagi sejarah baru.
Ia mungkin kontroversial, tapi tak dapat disangkal: Sanae Takaichi telah mengguncang panggung politik Jepang dengan ritme yang tak biasa. (Reuters, The Japan Times, Antara, Wikipedia, Nippon.com/Z-10)