5 Jenis Makanan yang Bisa Hambat Perkembangan Otak Anak, Orangtua Wajib Tahu

3 hours ago 1
5 Jenis Makanan yang Bisa Hambat Perkembangan Otak Anak, Orangtua Wajib Tahu Ilustrasi(freepik)

NUTRISI memegang peranan penting dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan otak anak. Namun, tidak semua makanan memberikan manfaat positif bagi si kecil. Beberapa jenis makanan justru bisa berdampak buruk terhadap fungsi otak, daya ingat, hingga kemampuan berpikir anak jika dikonsumsi secara berlebihan.

Mengutip dari laman The Asian Parents, pola makan anak harus diatur sejak dini, sebab 80% perkembangan otak manusia terjadi pada tiga tahun pertama kehidupan. Di masa emas inilah, otak anak sangat membutuhkan asupan gizi yang tepat, bukan sekadar makanan yang enak di lidah. 

5 Makanan yang Sebaiknya Dihindari

Berikut ini lima jenis makanan yang sebaiknya dihindari karena dapat menghambat pertumbuhan otak anak.

1. Makanan tinggi gula

Makanan manis seperti permen, kue, minuman bersoda, dan dessert berlebihan bisa berdampak buruk bagi kesehatan otak anak. Kandungan fruktosa yang tinggi terbukti dapat menurunkan kemampuan otak dalam mengatur emosi dan berpikir jernih. 

Penelitian dari University of California (UCLA), Los Angeles mengungkapkan kelebihan fruktosa membuat insulin kesulitan memproses gula sebagai energi bagi otak. Akibatnya, kinerja otak melambat dan anak menjadi sulit berkonsentrasi. Selain itu, konsumsi gula berlebih juga meningkatkan risiko obesitas serta gangguan suasana hati.

2. Fast food (makanan cepat saji)

Makanan cepat saji atau junk food seperti burger, kentang goreng, ayam tepung, dan pizza kerap menjadi favorit anak-anak. Sayangnya, makanan ini umumnya rendah gizi namun tinggi lemak jenuh, garam, serta bahan pengawet.

Konsumsi rutin dapat menyebabkan masalah serius seperti obesitas, tekanan darah tinggi, hingga gangguan fungsi jantung. Lebih dari itu, junk food juga tidak memberikan asupan nutrisi penting seperti zat besi, omega-3, dan vitamin B kompleks yang dibutuhkan untuk perkembangan otak. Anak yang terlalu sering makan fast food berisiko mengalami keterlambatan perkembangan kognitif di kemudian hari.

3. Makanan instan dan kalengan

Makanan instan memang praktis dan mudah disajikan, tetapi di balik kelezatannya tersimpan bahaya. Baik mi instan maupun makanan kaleng, keduanya mengandung banyak bahan pengawet, MSG, serta natrium tinggi.

Zat kimia tersebut dapat mengganggu sistem saraf dan memperlambat proses kerja otak. Dalam jangka panjang, penumpukan bahan aditif dapat meningkatkan risiko gangguan memori dan konsentrasi. Meski sesekali boleh dikonsumsi, orangtua perlu mengimbangi dengan sayur, buah, dan sumber protein alami agar keseimbangan gizi anak tetap terjaga.

4. Daging olahan

Produk olahan seperti sosis, nugget, atau ham kerap dianggap sumber protein yang praktis. Namun, protein dalam daging olahan sering kali bukan protein alami, melainkan campuran bahan kimia dan pengawet yang dapat merusak sistem saraf bila dikonsumsi berlebihan. 

Kandungan nitrit dan natrium yang tinggi dalam daging olahan juga berpotensi menghambat penyerapan oksigen ke otak, membuat anak mudah lelah, sulit fokus, dan kesulitan mengingat informasi.

5. Kopi dan teh

Meski jarang diberikan kepada anak, beberapa orangtua terkadang membiarkan anak mencicipi kopi atau teh. Padahal, kafein dalam minuman tersebut dapat mengganggu pola tidur dan penyerapan zat besi yang menjadi dua hal penting bagi perkembangan otak.

Kurang tidur bisa menurunkan kemampuan konsentrasi, sementara kekurangan zat besi dapat menghambat pasokan oksigen ke otak. Akibatnya, anak menjadi mudah lelah dan sulit berpikir jernih.

Selain memperhatikan makanan, orangtua juga perlu memahami kecerdasan anak dipengaruhi dua faktor utama, yakni genetik dan lingkungan. Faktor keturunan memang menentukan potensi dasar anak, tetapi lingkungan, termasuk pola asuh, interaksi sosial, dan stimulasi belajar memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan otak.

Agar anak tumbuh cerdas dan sehat, pastikan ia mendapat cukup nutrisi, lingkungan yang mendukung, serta kasih sayang yang tulus dari orangtua. Cinta dan perhatian yang diberikan sejak dini terbukti mampu membantu anak mengembangkan kemampuan berpikir, beradaptasi, dan berprestasi di masa depan. (The Asian Parents/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |