3.900 Sineas Dunia, Termasuk Peraih Oscar, Boikot Institusi Film Israel

3 hours ago 2
3.900 Sineas Dunia, Termasuk Peraih Oscar, Boikot Institusi Film Israel Lebih dari 3.900 insan perfilman global menandatangani komitmen menolak bekerja sama dengan institusi film Israel. (Instagram)

SEJUMLAH tokoh perfilman dan televisi, termasuk peraih Oscar, BAFTA, Emmy, hingga Palme d’Or, menandatangani komitmen menolak bekerja sama dengan institusi maupun perusahaan Israel, yang telah melakukan praktik genosida dan apartheid terhadap Palestina.

Gelombang dukungan itu bermula dari daftar awal yang memuat 1.200 penandatangan, di antaranya sutradara ternama seperti Yorgos Lanthimos, Ava DuVernay, Adam McKay, Boots Riley, Emma Seligman, Joshua Oppenheimer, dan Mike Leigh. 

Dari kalangan aktor, terdapat nama-nama besar seperti Emma Stone, Olivia Colman, Ayo Edebiri, Lily Gladstone, Mark Ruffalo, Hannah Einbinder, Peter Sarsgaard, Aimee Lou Wood, Paapa Essiedu, Gael Garcia Bernal, Riz Ahmed, Melissa Barrera, Cynthia Nixon, Tilda Swinton, Javier Bardem, Joe Alwyn, serta Josh O’Connor.

Hingga pertengahan pekan, dukungan semakin meluas, jumlah penandatangan telah melampaui 3.900 orang. Di antara mereka terdapat Joaquin Phoenix, Nicola Coughlan, Andrew Garfield, Harris Dickinson, Bowen Yang, Rooney Mara, Guy Pearce, Jonathan Glazer, Ebon Moss-Bachrach, Fisher Stevens, Abbi Jacobson, Eric Andre, Elliot Page, Payal Kapadia, dan Emma D’Arcy. 

The Voice of Hind Rajab

Fakta menarik, Phoenix dan Mara baru-baru ini menjadi produser eksekutif untuk drama The Voice of Hind Rajab. Film Gaza yang memenangkan penghargaan di Festival Venesia, dan tampil di karpet merah dengan pin solidaritas Palestina.

Deklarasi yang diterbitkan kelompok Film Workers for Palestine itu menyebut bentuk keterlibatan yang ditolak meliputi upaya memutihkan atau membenarkan genosida dan apartheid, maupun bermitra dengan pemerintah yang melakukan pelanggaran tersebut. Dalam dokumen FAQ yang menyertainya, dijelaskan contoh lembaga yang termasuk di dalamnya adalah Festival Film Yerusalem, Festival Film Internasional Haifa, Docaviv, serta TLVfest.

“Di tengah krisis akut ini, ketika banyak pemerintah dunia justru turut memfasilitasi kekejaman di Gaza, kami wajib melakukan semua langkah yang memungkinkan untuk menghentikan keterlibatan dalam tragedi yang tak kunjung reda,” demikian bunyi naskah pernyataan itu.

Filmmakers United Against Apartheid

Para penggagas menyebut inisiatif ini terinspirasi Filmmakers United Against Apartheid. Gerakan yang diluncurkan pada 1987 oleh Jonathan Demme, Martin Scorsese, dan lebih dari 100 sutradara ternama. Kala itu mereka menyerukan industri film Amerika Serikat untuk menolak mendistribusikan film di Afrika Selatan yang menerapkan apartheid.

Menurut Film Workers for Palestine, sebagian besar perusahaan produksi dan distribusi film Israel, agen penjualan, jaringan bioskop, maupun institusi perfilman lainnya tidak pernah mengakui hak-hak rakyat Palestina yang dijamin secara internasional.

Aktris Hannah Einbinder menambahkan, “Apa yang kita lihat di Gaza dalam dua tahun terakhir sungguh mengguncang nurani. Sebagai warga negara Amerika Serikat keturunan Yahudi yang pajaknya langsung membiayai serangan Israel terhadap Gaza, saya merasa kita harus melakukan segala upaya untuk menghentikan genosida ini. Mengingat kegagalan para pemimpin politik, seniman harus mengambil tindakan dan menolak keterlibatan.” 

Gerakan serupa pernah muncul tahun lalu, ketika lebih dari 7.000 penulis dan pekerja buku, termasuk Sally Rooney dan Viet Thanh Nguyen, menandatangani petisi untuk memboikot penerbit Israel yang dinilai turut berpartisipasi dalam penindasan.

Isi Komitmen

Isi janji yang kini beredar di kalangan insan perfilman berbunyi antara lain:

  • Sebagai pembuat film, aktor, pekerja industri film, dan lembaga, kami menyadari kekuatan sinema dalam membentuk persepsi. Pada momen krisis yang mendesak ini, di mana banyak pemerintah dunia memfasilitasi kekejaman di Gaza, kami harus melakukan segala upaya untuk mengatasi keterlibatan dalam kekejaman yang tak henti-hentinya itu.
  • Mahkamah Internasional, pengadilan tertinggi dunia, telah memutuskan bahwa ada risiko yang masuk akal akan genosida di Gaza, dan bahwa pendudukan Israel serta apartheid terhadap Palestina adalah ilegal. Berdiri untuk kesetaraan, keadilan, dan kebebasan bagi semua orang adalah kewajiban moral yang mendalam yang tidak dapat diabaikan oleh siapa pun. Demikian pula, kami harus bersuara sekarang melawan penderitaan yang dialami oleh rakyat Palestina.
  • Kami menanggapi seruan para pembuat film Palestina, yang mendesak industri film internasional untuk menolak diam, rasisme, dan dehumanisasi, serta untuk melakukan segala upaya yang mungkin untuk mengakhiri keterlibatan dalam penindasan mereka.
  • Terinspirasi oleh Filmmakers United Against Apartheid yang menolak menayangkan film mereka di Afrika Selatan yang menerapkan apartheid. Kami berjanji tidak akan menayangkan film, hadir atau bekerja sama dengan lembaga film Israel, termasuk festival, bioskop, stasiun televisi, dan perusahaan produksi yang terlibat dalam genosida dan apartheid terhadap Palestina.

(variety/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |