ilustrasi.(MI)
SEBANYAK 3.518.167 siswa kelas XII dari 43.918 satuan pendidikan jenjang SMA, SMK, dan MA di seluruh Indonesia siap mengikuti Tes Kemampuan Akademik (TKA) 2025 yang akan mulai dilaksanakan besok, Senin (3/11).
Pendaftaran TKA sendiri telah resmi ditutup pada 5 Oktober 2025. Dari total peserta tersebut, siswa SMA menjadi penyumbang terbesar dengan 1,75 juta calon peserta, disusul oleh SMK sebanyak 1,59 juta, dan Madrasah Aliyah sekitar 506 ribu peserta. Beberapa satuan pendidikan keagamaan dan khusus seperti Sekolah Menengah Teologi Kristen (SMTK), SMA Kristen, SMA Agama Katolik (SMAgK), serta Sekolah Luar Biasa (SLB) juga tercatat mengikuti TKA tahun ini.
Dari sisi pelaksanaan, sebagian besar sekolah telah menyatakan siap menyelenggarakan TKA secara digital. Data Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah mencatat 67,9 persen satuan pendidikan akan melaksanakan TKA secara daring, 12,2 persen secara semi-daring, dan 19,9 persen masih dalam tahap finalisasi moda pelaksanaan.
Kepala BSKAP Kemendikdasmen, Toni Toharudin, menilai besarnya minat peserta didik untuk mengikuti TKA merupakan tanda kesiapan ekosistem pendidikan Indonesia dalam melaksanakan asesmen yang adil, efisien, dan modern.
“Dengan lebih dari 3,5 juta peserta, kita melihat semangat kolaborasi yang kuat dari sekolah, pemerintah daerah, hingga siswa. Inilah modal penting agar pelaksanaan TKA berjalan lancar di seluruh wilayah,” ujar Toni, Minggu (2/11).
Ia menambahkan, TKA 2025 bukanlah sekadar ujian, tetapi juga cermin pembelajaran nasional.
“TKA membantu sekolah dan siswa memahami capaian, sekaligus menjadi langkah maju menuju pendidikan Indonesia yang lebih inklusif, adaptif, dan berkualitas,” tegasnya.
Terkait kesiapan pelaksanaan, BSKAP bersama dinas pendidikan di seluruh daerah terus melakukan koordinasi dan pendampingan teknis agar pelaksanaan TKA dapat berjalan tertib, lancar, dan sesuai jadwal.
Kemendikdasmen juga mengingatkan para peserta untuk menjunjung tinggi nilai kejujuran dan integritas selama pelaksanaan tes.
“TKA bukan semata-mata ajang memperoleh nilai, melainkan sarana belajar untuk menumbuhkan karakter jujur, disiplin, dan tanggung jawab dan nilai-nilai yang menjadi fondasi utama dalam membangun pendidikan yang bermutu dan berkarakter di Indonesia,” ujar Toni.


















































